Menag Nasaruddin Umar terima kunjungan panitia World Jesuit Conference (WJC) Indonesia 2026
Jakarta (Kemenag) — Indonesia akan menjadi tuan rumah World Jesuit Conference (WJC) 2026. Menteri Agama Nasaruddin Umar menilai acara ini menjadi forum strategis untuk mengenalkan ekoteologi, kurikulum cinta, serta best practises pengkaderan di lingkungan pesantren.
Hal ini disampaikan Menag saat menerima panitia World Jesuit Conference 2026 di kantor pusat Kementerian Agama, Jakarta, Selasa (9/9/2025).
Hadir, mantan Menteri Purnomo Yusgiantoro bersama jajaran kepanitian lainnya. Pertemuan ini membahas persiapan penyelenggaraan konferensi empat tahunan Jesuit yang akan digelar di Yogyakarta pada Juni atau Juli 2026.
World Jesuit Conference 2026 akan dihadiri oleh delegasi dari 73 negara. Jesuit sendiri memiliki 1.200 lembaga pendidikan yang terdiri atas sekitar 200 perguruan tinggi dan lebih dari 1.000 sekolah menengah yang tersebar di seluruh dunia. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, direncanakan akan dipilih sebagai tuan rumah.
Jesuit atau dikenal sebagai Serikat Yesuit (Society of Jesus), merupakan ordo keagamaan Katolik yang didirikan Santo Ignatius dari Loyola pada abad ke-16. Ordo ini dikenal luas karena dedikasinya pada pendidikan, dengan tradisi panjang mendirikan sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan di berbagai belahan dunia.
Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik (2013-2025) juga merupakan merupakan seorang Yesuit. Pengalaman dan spiritualitasnya sebagai anggota ordo ini membentuk pandangannya tentang Gereja, dengan komitmen kuat pada keadilan sosial, pelayanan kepada kaum miskin, dan dialog antaragama. Semangat inilah yang juga mewarnai World Jesuit Conference (WJC) Indonesia mendatang.
Dalam pertemuan tersebut, perwakilan panitia WJC mengungkapkan ketertarikan mendalam anggota Jesuit dari Roma dan Afrika untuk belajar tentang Islam di Indonesia, khususnya mengenai relasi harmonis antara agama dan masyarakat. Untuk itu, panitia meminta arahan Menteri Agama terkait rekomendasi pesantren dan lokasi yang dapat mewakili wajah keragaman Indonesia.
Menag Nasaruddin Umar menyambut baik rencana ini. Ia berharap konferensi tersebut dapat menjadi ruang diplomasi keagamaan yang meneduhkan. “Kami ingin memperkenalkan konsep ekoteologi dan kurikulum cinta sebagai sumbangsih Indonesia bagi dunia. Sistem teologi yang berlandaskan cinta ini bisa menjadi subtema penting yang menyejukkan di konferensi nantinya, sehingga tidak hanya memperkaya wacana akademik, tetapi juga memberikan energi positif dalam menghadapi ketegangan politik global,” ungkap Menag.
Ia menambahkan, “Indonesia adalah rumah bagi ribuan pesantren dengan wajah keberagamaan yang ramah dan penuh toleransi. Kami ingin para delegasi internasional melihat langsung bagaimana pesantren membentuk generasi yang bukan hanya taat beragama, tetapi juga cinta lingkungan, cinta sesama, dan cinta tanah air.”
Menag juga menekankan pentingnya menjadikan cinta sebagai inti dari teologi yang membumi. “Esensinya adalah cinta. Cinta kepada Tuhan, cinta kepada sesama manusia, dan cinta kepada alam semesta. Dengan cinta, kita bisa merajut dialog lintas iman yang lebih mendalam,” ujar Menag menutup pertemuan.
Kehadiran World Jesuit Conference di Indonesia dinilai sebagai momentum strategis untuk memperkenalkan khazanah keislaman dan keberagaman agama di Indonesia yang inklusif, serta memperkuat dialog lintas agama di tingkat global.