Sains dan teknologi sering diasosiasikan dengan dunia Barat dan kemajuan modern. Namun, jika menengok sejarah, kita akan menemukan bahwa Islam pernah berada di garis depan peradaban ilmu pengetahuan. Lebih dari itu, nilai-nilai universal dalam Islam justru menjadi fondasi kuat bagi perkembangan sains yang etis dan berorientasi pada kemaslahatan umat.
Sains Perspektif Islam
Islam memandang ilmu bukan sekadar alat untuk memahami dunia fisik, tapi juga sebagai jalan untuk mengenal Tuhan. Dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang mengajak manusia berpikir, meneliti, dan merenungkan ciptaan-Nya. Kata ‘ilm (ilmu) disebut lebih dari 800 kali, menjadikan ilmu bagian integral dari spiritualitas seorang Muslim.
Nilai-nilai seperti kejujuran (ṣidq), amanah, keadilan, dan tanggung jawab sosial menjadi basis moral pengembangan sains dalam Islam. Sains tidak boleh lepas dari etika dan nilai kemanusiaan. Dengan kata lain, sains tidak bebas nilai.
Kapan Sains Islam Dimulai?
Memang, pada zaman Nabi Muhammad saw., sains dalam bentuk sistematis belum dikembangkan. Namun, dorongan untuk membaca (iqra’), menuntut ilmu, dan memahami alam sudah ditanamkan kuat. Peradaban Islam mulai berkembang dalam sains sejak Dinasti Abbasiyah (abad ke-8 M), dengan pusat keilmuan seperti Bayt al-Hikmah di Baghdad.
Ilmuwan Muslim seperti Al-Khawarizmi (matematika), Ibnu Sina (kedokteran), Al-Haytham (optik), dan Al-Biruni (astronomi) tidak hanya menyalin ilmu dari Yunani dan India, tetapi juga mengembangkannya secara kritis dan eksperimental. Inilah fondasi yang kemudian menginspirasi Eropa memasuki era Renaissance.
Inspirasi Teknologi Modern
Benar, Islam menginspirasi teknologi modern. Algoritma yang menjadi dasar teknologi komputer modern berasal dari Al-Khawarizmi. Optik modern sangat dipengaruhi karya Ibnu al-Haytham. Bahkan metode ilmiah berbasis observasi dan eksperimen—ciri khas sains modern—dikembangkan dalam tradisi ilmiah Islam sejak abad ke-10.
Selain itu, banyak istilah teknis dalam sains berasal dari bahasa Arab: aljabar, alkohol, alkali, nadir, zenith, dan sebagainya.
Sains Islam Modern
Di abad ke-21 ini, beberapa negara Muslim menunjukkan kebangkitan dalam bidang sains dan teknologi. Iran unggul di bioteknologi, fisika, dan nuklir; Turki berkembang dalam bidang pertahanan, energi, dan riset medis; Malaysia mencoba sebagai pionir integrasi Islam dan sains lewat ISTAC dan IIUM. Sementara Indonesia mengembangkan integrasi keilmuan di UIN dan pesantren.
Terdapat beberapa bidang yang menonjol dalam sains dan teknologi modern, antara lain pada Bidang Keuangan Syariah Digital, seperti e-wallet halal, blockchain syariah, dan wakaf digital.
Dalam Bidang Medis dan Bioetika Islam, telah dikembangkan vaksin halal, transplantasi, dan farmasi Islami.
Demikian juga dalam bidang Dakwah Digital berkembang Podcast, YouTube, dan e-learning Islam global. Sementara bidang Teknologi Ibadah telah digunakan aplikasi penunjuk kiblat, kalender hijriah global, dan sistem Smart Hajj.
Teknologi sangat penting dalam menentukan awal bulan–biasanya Ramadhan, di dunia Islam berkembang dengan pesat astronomi Islam yang ditunjukan dengan dibangunnya observatorium modern untuk hisab dan rukyat di beberapa negara–dan kita mempunyai di UIN Semarang.
Peran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Di Indonesia, salah satu institusi penting yang berperan dalam pengembangan sains dan teknologi modern berbasis nilai Islam adalah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Melalui Fakultas Sains dan Teknologi (FST), UIN telah menjadi pelopor integrasi antara ilmu keislaman dan ilmu sains-teknologi.
FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyediakan tenaga riset dan rekayasa teknologi yang dibekali landasan etika dan spiritual Islam; Mengembangkan riset multidisipliner unggulan di bidang Smart Urban Farming, Halal and Food, renewable Energy, dan Islamic Transformation Digital informatika yang memanfaatkan pengembangan AI (Artificial Intelligence) seperti menciptakan Green AI Computing dan mengembangkan penelusuran informasi Islam (Islamicpedia).
Dalam bidang AI, FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi bagian penting dalam ekosistem Artificial Intelligence Literacy and Innovation Institute (ALII) yang mendorong literasi dan inovasi AI di kalangan akademisi PTKIN–kendati sampai saat ini masih dalam fase penataan.
Akan tetapi, upaya ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi Islam bukan sekadar penjaga warisan keilmuan klasik, tetapi juga aktor penting dalam membentuk masa depan berbasis teknologi dan spiritualitas.
Teknologi Islam Monumental
Dari sekian banyak inovasi, berikut lima teknologi paling monumental, yaitu Smart Hajj dan Umrah, Fintech Syariah, Bioetika Medis Islami, Observatorium Penentu Ibadah; serta Dakwah/Pendidikan Islam Digital.
Teknologi-teknologi ini tidak hanya berdampak besar pada umat Islam, tetapi juga menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam bisa selaras dengan inovasi.
Penutup
Islam, sains, dan teknologi bukanlah tiga hal yang terpisah. Ketiganya saling menguatkan ketika ditopang oleh semangat tauhid, etika, dan tanggung jawab sosial. Kebangkitan sains Islam modern bukanlah mimpi, melainkan misi bersama yang memerlukan kolaborasi ulama, ilmuwan, dan pemimpin umat.
Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11: “…Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”*
Khodijah Hulliyah, Ph.D. (Direktur Artificial Intelligence Literacy and Innovation Institute (ALII) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)