Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) tampaknya belum mereda di tubuh Microsoft, khususnya dalam divisi gaming yang selama ini menjadi salah satu pilar utama perusahaan.
Di tengah proses reorganisasi besar-besaran yang sedang berlangsung, laporan terbaru dari Bloomberg dan dikutip dari Engadget, Kamis (26/6/2025), mengindikasikan bahwa Microsoft akan kembali melakukan PHK dalam skala besar, kali ini menyasar tim Xbox.
Konfirmasi resmi dari perusahaan diperkirakan akan diumumkan dalam waktu dekat, sementara media seperti Engadget telah menghubungi pihak Microsoft untuk mendapatkan pernyataan lebih lanjut.
Langkah ini merupakan kelanjutan dari strategi efisiensi yang telah diumumkan Microsoft sebelumnya. Pada bulan lalu, perusahaan mengonfirmasi bahwa sekitar tiga persen dari total tenaga kerjanya akan diberhentikan.
Dengan jumlah karyawan global mencapai lebih dari 220.000 orang, keputusan ini berarti sekitar 7.000 individu akan kehilangan pekerjaan mereka. Tujuan utama dari langkah ini adalah untuk menyederhanakan struktur organisasi dan meningkatkan efisiensi operasional di seluruh lini bisnis.
Seperti diketahui, divisi gaming Microsoft sendiri telah mengalami beberapa gelombang PHK dalam dua tahun terakhir. Pada Januari 2024, sebanyak 1.900 karyawan di sektor ini diberhentikan, disusul oleh 650 karyawan lainnya pada bulan September.
Tak hanya itu, Microsoft juga menutup beberapa studio game ternama seperti Arkane Austin dan Alpha Dog Games, serta mengintegrasikan Roundhouse Studios ke dalam ZeniMax Online Studios. Studio legendaris Tango Gameworks juga ditutup, meskipun kemudian diakuisisi oleh Krafton, perusahaan di balik kesuksesan PUBG: Battlegrounds.
Ironisnya, langkah efisiensi ini terjadi di tengah performa keuangan Microsoft yang sangat kuat. Dalam tiga bulan pertama tahun kalender ini, perusahaan melaporkan laba bersih sebesar $25,8 miliar.
Bahkan, pendapatan dari konten dan layanan Xbox mengalami peningkatan sebesar delapan persen dibandingkan tahun sebelumnya sebuah pertumbuhan yang menunjukkan bahwa sektor gaming masih menjadi mesin pendapatan yang signifikan.
Namun, di balik angka-angka yang mengesankan ini, terdapat dinamika internal yang kompleks. Reorganisasi dan PHK besar-besaran ini mencerminkan upaya Microsoft untuk menyesuaikan diri dengan lanskap industri yang terus berubah, terutama dengan meningkatnya investasi dalam teknologi kecerdasan buatan dan layanan cloud.
Perusahaan tampaknya tengah mengalihkan fokusnya ke arah efisiensi jangka panjang dan inovasi teknologi, meskipun harus mengorbankan sejumlah talenta yang telah berkontribusi besar dalam membangun ekosistem gaming mereka.
Jika tren ini berlanjut, Microsoft akan menjadi contoh nyata bagaimana perusahaan teknologi besar menghadapi tantangan modernisasi dan transformasi digital dengan segala konsekuensi sosial dan ekonomi yang menyertainya.
Sekadar informasi, tren PHK besar-besaran ini juga sempat dilakukan oleh sejumlah perusahaan teknologi terkemuka seperti Google, Meta dan NVIDIA. Google, misalnya, melakukan pemangkasan signifikan pada awal 2025, terutama di divisi sumber daya manusia dan unit cloud.
Langkah ini merupakan bagian dari reorganisasi internal yang bertujuan meningkatkan efisiensi biaya, seiring dengan meningkatnya investasi perusahaan dalam infrastruktur AI.
Meta juga tidak luput dari tren ini. Pada 2023, CEO Mark Zuckerberg bahkan menyebut tahun tersebut sebagai “Tahun Efisiensi,” dengan fokus pada restrukturisasi organisasi dan optimalisasi proses kerja. Meta mem-PHK sekitar 10.000 karyawan, dan langkah ini kemudian diikuti oleh banyak perusahaan teknologi lainnya.
Sementara itu, NVIDIA lebih dikenal karena aksi penjualan saham besar-besaran oleh CEO-nya, Jensen Huang, yang dilakukan dalam skema penjualan terjadwal.
Meskipun tidak secara eksplisit mengumumkan PHK massal seperti Google dan Meta, langkah ini mencerminkan dinamika internal yang juga dipengaruhi oleh tekanan efisiensi dan pergeseran fokus ke teknologi AI.