Model transformasi digital inklusif yang dijalankan Indonesia berhasil mencuri perhatian global pada forum Leaders TalkX di Jenewa, Swiss. Dalam diskusi bertajuk “The Role of Governments and All Stakeholders in the Promotion of ICTs for Development” pada Rabu (09/07/2025), Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menegaskan bahwa akses internet sejatinya adalah hak setiap warga negara, bukan kemewahan segelintir kelompok.
Strategi Indonesia dalam mempercepat inklusi digital menggabungkan tiga pilar utama: pengembangan infrastruktur yang merata, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan literasi digital yang masif.
Pendekatan holistik ini, menurut Meutya, bukan hanya mendorong peningkatan ekonomi digital, tetapi juga menciptakan fondasi sosial masyarakat yang semakin siap menyongsong era teknologi. Model tersebut kini menjadi inspirasi bagi negara-negara sahabat untuk mereplikasi keberhasilannya dalam membangun ekosistem ICT yang berkelanjutan.
Salah satu bukti nyata komitmen Kemkomdigi adalah Program 10.000 Desa Digital yang dijalankan melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI). Hingga Juli 2025, lebih dari 4.132 desa di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) telah menikmati layanan digital untuk pertama kali.
Lebih dari 3,8 juta warga desa kini dapat mengakses internet untuk telemedis, pembelajaran jarak jauh, hingga literasi keuangan digital, membuka peluang bagi mereka untuk bergerak lebih cepat dalam lanskap ekonomi modern.
“Konektivitas digital adalah hak semua orang, bukan hak istimewa segelintir kelompok. Internet harus hadir di pedesaan, perkotaan, hingga daerah terpencil,” ujar Meutya
Di sisi infrastruktur, pembangunan 7.500 menara BTS 4G menembus batas-batas non-komersial, membawa sinyal broadband ke sudut yang selama puluhan tahun terisolasi.
Sementara itu, jaringan tulang punggung serat optik Palapa Ring yang menjangkau seluruh provinsi menegaskan tekad Indonesia untuk menjadikan setiap kabupaten dan kota terhubung dengan kecepatan tinggi. Hal ini tidak hanya memperkuat ketahanan digital nasional, tetapi juga mendorong peluang kolaborasi antarwilayah.
Visi ambisius Indonesia Digital 2045 kian konkret dengan target 90 persen populasi terkoneksi internet pita lebar pada 2030 dan 100 persen pada 2045. Demi mewujudkan visi tersebut, Kemkomdigi memperkuat fondasi digital melalui pembangunan Pusat Data Nasional yang bakal menjadi jantung pengelolaan data pemerintah dan publik secara aman dalam negeri.
“Target kami, 90 persen populasi Indonesia terkoneksi dengan internet pita lebar pada 2030, dan 100 persen pada 2045. Ini bagian dari Visi Indonesia Digital 2045,” jelasnya lagi.
Selain itu, program Digital Talent Scholarship dan Gerakan Nasional Literasi Digital terus mencetak talenta masa depan, memastikan setiap generasi memiliki keterampilan digital mutakhir.
Antusiasme peserta forum Leaders TalkX tak hanya datang dari Indonesia. Para menteri dan pejabat tinggi dari Kamboja, Ghana, Iran, Rusia, Guinea, Somalia, hingga Turki hadir untuk mengapresiasi capaian inklusi digital Indonesia.
Mereka berdiskusi intens tentang bagaimana mereplikasi model kemitraan pemerintah, operator, dan komunitas lokal agar pembangunan digital menjadi instrumen pemberdayaan masyarakat luas.
Dalam penutupannya, Meutya Hafid menggarisbawahi bahwa keseimbangan antara infrastruktur kokoh, SDM terampil, dan literasi tinggi merupakan kunci agar transformasi digital membawa manfaat nyata.
“Konektivitas digital bukan sekadar akses, melainkan pintu gerbang menuju kesempatan ekonomi, pendidikan, dan pelayanan kesehatan yang merata,” tutupnya.