Google kembali membuat gebrakan besar dalam dunia pencarian digital. Mulai hari ini, Mode AI yang terintegrasi langsung ke dalam Google Search resmi mendukung lebih banyak bahasa, termasuk Hindi, Indonesia, Jepang, Korea, dan Portugis Brasil.
Langkah ini bukan sekadar pembaruan teknis, melainkan sinyal kuat bahwa Google ingin menjadikan pengalaman pencarian berbasis AI lebih inklusif dan relevan secara global. Bagi pengguna di Indonesia, ini berarti interaksi dengan chatbot AI Google kini terasa lebih natural, kontekstual, dan tentunya lebih bermanfaat dalam bahasa sehari-hari.
Dikutip dari Engadget, Selasa (9/9/2025), perluasan ini bukan terjadi secara tiba-tiba. Sejak Mei lalu, Google telah mempercepat distribusi Mode AI ke berbagai wilayah, dimulai dari Amerika Serikat, lalu merambah ke Inggris dan India. Padahal, fitur ini baru saja diuji coba secara publik dua bulan sebelumnya.
Kecepatan ekspansi ini menunjukkan betapa seriusnya Google dalam mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam sistem pencarian mereka, bukan hanya sebagai pelengkap, tetapi sebagai inti dari pengalaman pengguna yang baru.
Pada bulan Juli, Google menambahkan sejumlah fitur canggih ke Mode AI, termasuk dukungan untuk model Gemini 2.5 Pro dan fitur Pencarian Mendalam. Kombinasi keduanya memungkinkan pengguna mendapatkan jawaban yang lebih kompleks, akurat, dan kontekstual dalam satu kali pencarian.
Hingga bulan lalu, Mode AI telah tersedia di lebih dari 180 negara, namun hanya dalam bahasa Inggris. Maka, peluncuran dukungan bahasa lokal ini menjadi tonggak penting dalam evolusi chatbot AI Google, sekaligus membuka peluang baru bagi jutaan pengguna non-Inggris untuk merasakan kecanggihan teknologi ini secara langsung.
Dalam sebuah postingan blog, Hema Budaraju, wakil presiden manajemen produk penelusuran Google, menegaskan bahwa membangun sistem pencarian yang benar-benar global bukan hanya soal menerjemahkan kata. Menurutnya, dibutuhkan pemahaman mendalam terhadap konteks lokal, budaya informasi, dan cara pengguna berinteraksi dengan data.
Dengan kemampuan multimoda dan penalaran canggih dari versi kustom Gemini 2.5, Google mengklaim telah mencapai lompatan besar dalam memahami bahasa secara lebih intuitif, sehingga hasil pencarian AI kini terasa lebih relevan dan berguna di setiap bahasa yang didukung.
Namun, di balik kemajuan teknologi ini, ada dinamika menarik yang terjadi di balik layar. Google menyatakan bahwa lalu lintas ke situs web dari Penelusuran tetap “relatif stabil” sejak peluncuran AI Overviews, dan bahwa “web sedang berkembang pesat.” Pernyataan ini tampak optimis, tetapi kontras dengan pengakuan mereka dalam dokumen pengadilan baru-baru ini.
Dalam gugatan tersebut, tim hukum Google menyebut bahwa “web terbuka sudah mengalami penurunan yang pesat.” Ketimpangan narasi ini menyoroti tantangan yang dihadapi penerbit konten, terutama ketika AI mulai mengambil alih peran sebagai kurator informasi utama.
Bagi para penerbit dan kreator digital, perluasan Mode AI ke bahasa lokal bisa menjadi peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi, teknologi ini membuka akses yang lebih luas dan mendalam terhadap audiens global.
Di sisi lain, mereka harus bersaing dengan sistem AI yang semakin pintar dalam menyajikan informasi langsung di hasil pencarian, tanpa perlu mengarahkan pengguna ke situs web. Dalam lanskap digital yang terus berubah, adaptasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.