Menteri Agama Nasaruddin Umar menyapa para peserta CFD, Minggu, 20 Juli 2025. (Foto: Fauzan)
Jakarta (Kemenag) — Minggu pagi itu, kawasan Sudirman berubah wajah. Jalan yang biasanya dipadati kendaraan kini menjadi samudra manusia kecil. Ribuan anak—berbalut seragam sekolah dan pakaian olahraga—turut ambil bagian dalam semarak Hari Anak Nasional 2025.
Menteri Agama Nasaruddin Umar hadir membuka kegiatan Car Free Day (CFD) yang menjadi bagian dari peringatan nasional ini. Mengenakan kaus putih dan topi hitam, Menag menyapa anak-anak satu per satu, senyum tak lepas dari wajahnya.
“Kalau kita bicara tentang anak, pasti kita semua gembira,” ujar Menag Nasaruddin Umar, Minggu (21/7/2025)
Tercatat sebanyak 1.099 anak dari 82 satuan pendidikan ikut memeriahkan acara ini—dari PAUD hingga madrasah aliyah, dari pondok pesantren hingga Sekolah Luar Biasa (SLB). Jalanan ibukota seolah menjadi panggung bagi semangat masa kecil yang penuh warna.
Di sepanjang rute CFD, Menag tak henti disapa, diajak berfoto, dan dielu-elukan anak-anak. Di antara kerumunan, terdengar suara riang, “Ayo, foto sama Menteri Agama!”. Seorang anak bahkan menarik tangan temannya sambil berlari kecil mengejar kesempatan itu.
Usai sesi jalan santai dan pembukaan resmi, Menag mengunjungi area permainan tradisional. Di sinilah momen berharga itu terjadi. Seorang anak perempuan sedang asyik bermain engklek —melompat-lompat di atas petak-petak kotak yang digambar di tanah. Ia tampak serius menjaga keseimbangan, hingga tiba-tiba tubuh mungilnya nyaris terjengkang ke belakang. Semua yang menyaksikan tertawa, termasuk Menag Nasaruddin—bukan karena jatuhnya lucu, tapi karena kejujuran tawa itu mengingatkannya pada masa kecil yang nyaris hilang di balik layar gawai.
Engklek memang bukan sekadar permainan. Ia adalah warisan budaya, latihan keseimbangan, ketelitian, sekaligus sumber kegembiraan. Lempar gaco, lompat satu kaki, jaga agar tak menyentuh garis—sederhana, tapi sarat nilai.
Menag menyaksikan semuanya dengan penuh perhatian. Bagi beliau, ini bukan sekadar permainan anak-anak. Ini adalah pengingat bahwa anak-anak membutuhkan ruang bermain yang nyata, bukan hanya dunia virtual. Mereka butuh tawa bersama, bukan sekadar hiburan satu arah dari layar.
“Hari ini, kita tidak hanya merayakan anak-anak,” ujar Menag. “Kita juga sedang mengingatkan diri sendiri, bahwa kebahagiaan masa kecil tidak bisa digantikan teknologi,” imbuhnya.