Ketidakpastian kebijakan tarif dari Amerika Serikat kembali mengguncang industri smartphone global. Firma riset pasar teknologi Counterpoint Research pada Rabu (4/6) memangkas proyeksi pertumbuhan pengiriman smartphone global tahun 2025 menjadi hanya 1,9%, turun signifikan dari prediksi sebelumnya sebesar 4,2%.
Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran serius terhadap dampak geopolitik dan ekonomi global, terutama sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan serangkaian tarif baru pada awal April lalu, yang sempat mengganggu rantai pasok beberapa raksasa teknologi seperti Apple dan Samsung.
Meski pemerintah AS menangguhkan penerapan tarif pada smartphone dan perangkat elektronik lain dalam jeda 90 hari, ancaman kebijakan lanjutan tetap menghantui. Banyak perusahaan kini menata ulang rantai pasok, mengalihkan sebagian besar produksi dari Tiongkok ke negara-negara seperti India dan Vietnam.
Apple misalnya, kini mengimpor sekitar 20% iPhone ke AS dari India, sementara sisanya masih diproduksi di Tiongkok yang menjadi titik sentral risiko tarif.
Melansir dari Reuters, dalam laporan yang sama, Counterpoint juga menurunkan ekspektasi pertumbuhan pengiriman smartphone dari China menjadi nyaris stagnan. Sementara itu, dua pemimpin pasar, Apple dan Samsung, diperkirakan akan mengalami perlambatan pengiriman, seiring produsen mencoba mengalihkan beban biaya tambahan kepada konsumen.
Kondisi ini menambah tekanan terhadap pasar yang sudah melemah akibat inflasi global dan minat beli konsumen yang menurun.
Counterpoint bukan satu-satunya lembaga yang pesimistis. Bulan lalu, International Data Corporation (IDC) bahkan lebih ekstrem memangkas proyeksi pertumbuhan pengiriman smartphone global dari 2,3% menjadi hanya 0,6% untuk tahun 2025. Alasannya serupa: ketidakpastian ekonomi dan perlambatan belanja konsumen akibat ketegangan dagang.