Tahun 2025 menjadi tahun kebangkitan yang nyata bagi ganda campuran muda Indonesia, Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu. Pasangan yang baru diproyeksikan senior pada akhir 2024 ini langsung tancap gas sejak awal musim, mencatatkan prestasi yang membuat banyak pengamat terkejut.
Dari satu gelar juara, tiga kali semifinal, hingga tiket prestisius BWF World Tour Finals, Jafar/Felisha membuktikan bahwa mereka bukan sekadar pelengkap di level internasional, melainkan ancaman serius bagi siapa saja.
Puncak konsistensi mereka baru saja terlihat di Australian Open 2025 (Super 500), di mana mereka berhasil melaju hingga partai final. Sayangnya, di laga puncak, Jafar/Felisha harus mengakui keunggulan pasangan Malaysia Chen Tang Jie/Toh Ee Wei dengan dua gim langsung 16-21, 11-21.
Meski pulang sebagai runner-up, pengalaman bertanding di final turnamen sekelas Super 500 jelas menjadi suntikan kepercayaan diri yang luar biasa menuju dua agenda besar akhir tahun ini: World Tour Finals dan yang paling dinanti, debut mereka di SEA Games 2025 Thailand.
Bagi Felisha, SEA Games bukan sekadar turnamen biasa. Ini adalah multievent pertama yang mereka ikuti sebagai atlet senior. Tekanan? Bagi pasangan ini, kata itu seolah tak ada dalam kamus mereka.
“Tampil di SEA Games, multievent pertama kami, pastinya mau tampil lepas dan nothing to lose,” tegas Felisha dalam keterangan resmi PP PBSI, yang dilansir dari Antara pada Senin 24 November 2025.
Mentalitas “tanpa beban” ini bukan isapan jempol semata. Sepanjang 2025, Jafar/Felisha memang terbiasa bermain di bawah ekspektasi. Mereka memulai tahun tanpa status unggulan di hampir semua turnamen, namun justru itu yang membuat mereka semakin berbahaya.
Gelar juara di Taipei Open 2025 (Super 300) menjadi bukti pertama bahwa mereka bisa mengalahkan siapa saja saat tampil lepas. Semifinal Thailand Masters, Kejuaraan Asia, dan yang paling prestisius, China Open 2025 (Super 1000), semakin mengukuhkan status mereka sebagai rising star yang patut diperhitungkan.
Di balik performa gemilang itu, ada pola permainan yang terus berkembang. Jafar yang memiliki power dan kecepatan di depan net, dipadukan dengan kreativitas serta ketenangan Felisha dari belakang lapangan, menciptakan kombinasi yang sulit dibaca lawan.
Rotasi serangan cepat, pertahanan rapat, dan kemampuan membaca arah shuttlecock menjadi senjata utama mereka musim ini. Namun, dua agenda akhir tahun tidak memberi mereka banyak waktu bernapas.
Usai Australian Open, Jafar langsung menekankan pentingnya manajemen fisik.
“Setelah ini mau recovery dulu, tapi tidak bisa lama karena harus segera persiapan ke turnamen selanjutnya,” ujar Jafar.
World Tour Finals yang mempertemukan delapan pasangan terbaik dunia akan menjadi ujian sesungguhnya sebelum mereka terbang ke Thailand. Jika mampu tampil konsisten di sana, bukan tidak mungkin Jafar/Felisha akan membawa momentum positif yang sama ke SEA Games.
Di SEA Games 2025, ganda campuran Indonesia memang mengandalkan wajah-wajah muda. PBSI sebelumnya telah merilis skuad awal yang didominasi pemain muda, meski Kemenpora menyatakan masih ada kemungkinan perubahan komposisi.
Apa pun keputusan akhirnya, nama Jafar/Felisha hampir dipastikan tak akan tercoret mengingat performa mereka yang jauh di atas ekspektasi sepanjang tahun.Dengan mental “tampil lepas” dan bekal pengalaman bertanding di level tertinggi, Jafar/Felisha memiliki semua modal untuk menciptakan kejutan di Thailand.
Bagi Indonesia yang selalu menargetkan medali emas di setiap cabang bulutangkis SEA Games, kehadiran pasangan muda yang tak kenal takut ini bisa jadi kunci baru untuk mempertahankan supremasi di kawasan Asia Tenggara.
Pertanyaannya kini bukan lagi “apakah mereka siap?”, melainkan “seberapa jauh Jafar/Felisha bisa melaju dengan keberanian dan kebebasan yang mereka bawa sendiri ke lapangan?”
