Kaspersky merilis hasil survei terbaru yang menunjukkan bahwa sebanyak 28% wisatawan kini menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu merencanakan perjalanan mereka.
Meski angkanya masih di bawah sepertiga dari total responden, mayoritas pengguna merasa puas dengan pengalaman tersebut. Sebanyak 96% menyatakan puas, dengan rincian 44% menilai sempurna dan 52% menilai baik. Lebih lanjut, 84% responden berencana memanfaatkan kembali teknologi AI dalam agenda perjalanan mereka di masa depan.
Survei ini dilakukan Kaspersky bersama penyedia riset Toluna pada musim panas 2025, melibatkan 3.000 responden dari 15 negara, termasuk Indonesia, Jerman, Inggris, India, Tiongkok, hingga Uni Emirat Arab.
Studi ini dilakukan untuk memetakan sejauh mana peran AI mulai masuk dalam aspek kehidupan sehari-hari, khususnya dalam perencanaan liburan di tengah meningkatnya penggunaan internet berbasis kecerdasan buatan.
Secara umum, AI terbukti sudah banyak digunakan oleh masyarakat internet aktif. Dari total responden, 72% mengaku pernah menggunakan AI sedikitnya sekali, dan pada kelompok usia di bawah 35 tahun angkanya melonjak hingga 88%.
Sementara itu, pada kelompok usia 54 tahun ke atas, hanya 54% yang pernah berinteraksi dengan layanan berbasis AI, dengan 20% di antaranya mengaku tidak tertarik mencoba sama sekali.
Penggunaan AI paling banyak ditemukan untuk keperluan riset, dengan 76% responden menyebut fungsi ini sebagai yang utama. Disusul kemudian untuk keperluan pekerjaan (45%) dan pembelajaran (40%). Sedangkan untuk hiburan serta bereksperimen dengan teknologi, masing-masing mendapat porsi 39%.
Penggunaan untuk perencanaan perjalanan menempati posisi yang lebih rendah, dengan 28% responden menyatakan pernah mengandalkan AI untuk kebutuhan tersebut.
Namun, meskipun persentasenya relatif kecil, tingkat kepuasan terhadap AI dalam perencanaan perjalanan justru terbilang tinggi. Dari para pengguna, 70% mempercayakan AI untuk membantu menemukan acara atau aktivitas wisata, mulai dari rute populer, tempat wisata, hingga rekomendasi toko suvenir.
Sebanyak 66% menggunakan AI untuk memilih akomodasi, 60% mengandalkannya untuk menyusun daftar restoran, dan 58% bahkan mempercayakan pencarian tiket kepada AI.
Keluarga dengan anak-anak tercatat lebih aktif menggunakan berbagai fungsi AI dibandingkan responden yang tidak memiliki anak. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi tersebut dapat menghemat waktu sekaligus memberikan kemudahan dalam menyiapkan agenda perjalanan yang lebih kompleks.
Meski begitu, penggunaan AI dalam tahap pemesanan belum sepopuler penggunaannya untuk riset. Survei mencatat, 45% responden memesan hotel melalui AI, 43% memesan tiket, dan hanya 38% yang memesan restoran dengan bantuan AI.
Sebanyak 45% responden juga menggunakan layanan AI untuk mencari jawaban terkait visa dan migrasi, meski hal ini menimbulkan keraguan.
Kaspersky menyoroti contoh kasus seorang penulis asal Australia yang gagal terbang ke konferensi di Chili akibat mengikuti saran visa yang keliru dari ChatGPT, menandakan risiko “halusinasi” AI bisa membawa dampak merugikan.
“Beberapa tren penggunaan AI yang kami amati menunjukkan bahwa peran AI dalam memecahkan masalah sehari-hari sedang berubah. Semua responden menghargai waktu mereka dan lebih menyukai hasil personalisasi yang disediakan AI,” ujar Vladislav Tushkanov, Manajer Grup di Kaspersky AI Technology Research Center.
“Teknologi ini sudah semakin matang dan dengan cepat memenuhi janjinya untuk penelitian yang lebih baik dan menghasilkan ide-ide kreatif. Dengan memilih opsi yang paling sesuai, teknologi ini menjadi alat bantu pengambilan keputusan yang penting, yang tentu saja memicu refleksi tentang kredibilitas data yang disediakannya.”
“Layanan bertenaga AI menjadi alat yang semakin diminati untuk menyelesaikan berbagai tugas, termasuk perencanaan perjalanan. Namun, kita harus tetap ingat bahwa keputusan ada di tangan kita,” lanjutnya dikutip dari rilis yang diterima redaksi Mashable Indonesia.
Untuk menjaga keamanan selama perjalanan, Kaspersky juga memberikan beberapa rekomendasi penting. Pengguna disarankan selalu memverifikasi ulang informasi yang diberikan AI sebelum melakukan pemesanan atau pembelian.
Selain itu, wisatawan diminta memastikan tetap terhubung dengan jaringan internet yang aman, misalnya menggunakan eSIM dan menghindari koneksi otomatis ke hotspot Wi-Fi yang tidak dikenal.
Kaspersky juga menyarankan penggunaan VPN untuk melindungi privasi, serta memastikan perangkat selalu aman dengan kata sandi kuat dan solusi keamanan yang andal.
Perangkat juga tidak boleh ditinggalkan tanpa pengawasan di tempat ramai, demi mencegah risiko pencurian maupun ancaman siber yang semakin meningkat di era digital.
Dengan tren penggunaan AI yang terus tumbuh pesat, survei ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah pengguna AI untuk perjalanan belum mayoritas, tingkat kepuasan yang tinggi serta rencana penggunaan di masa mendatang berpotensi membuat teknologi ini semakin populer di kalangan wisatawan global.