Dalam atmosfer penuh semangat inovasi di Pekanbaru Marketing Festival 2025, MarkPlus Institute kembali membuktikan komitmennya dalam membekali tenaga penjual dengan strategi penjualan yang relevan dan futuristik.
Melalui sesi inspiratif yang dibawakan oleh Dimas Soerojo, Chief Business Executive MarkPlus Institute, para peserta diajak menyelami pendekatan penjualan modern yang dikemas dalam buku terbaru berjudul Jurus Jitu Jualan: Makin Sakti dengan AI.
Buku ini bukan sekadar panduan teknis, melainkan sebuah filosofi penjualan yang menggabungkan ketajaman strategi bisnis dengan kelincahan seni bela diri Jiu Jitsu ditambah sentuhan teknologi generatif AI yang kini menjadi tulang punggung transformasi industri.
Sesi ini merupakan kelanjutan dari rangkaian peluncuran buku yang sebelumnya telah digelar di Semarang. Di Pekanbaru, Dimas mengupas lebih dalam bagaimana tenaga penjual dapat membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan, membaca kebutuhan secara presisi, dan menyelaraskan solusi bisnis melalui pendekatan yang adaptif dan berbasis data.
Dengan gaya penyampaian yang lugas dan penuh analogi kekinian, Dimas menekankan bahwa penjualan bukan lagi soal menjual produk, melainkan tentang menciptakan nilai dan membangun kepercayaan yang berkelanjutan.
“Seorang sales harus memahami strategi pemasar. Sebagai contoh, baju yang ditargetkan untuk Gen-Z harus dijual dengan ukuran dan gaya yang sesuai dengan selera anak muda zaman sekarang,” jelasnya.
Selain itu, dalam sesi tersebut Dimas memperkenalkan tiga prinsip utama yang menjadi fondasi penjualan modern. Pertama, wawasan pemasaran yang komprehensif melalui pendekatan 4C (Change, Competitor, Customer, Company), yang memungkinkan tenaga penjual membaca dinamika pasar dan berperan sebagai arsitek solusi bisnis.
Kedua, literasi keuangan bisnis yang mencakup pemahaman terhadap laporan keuangan seperti Balance Sheet, Cash Flow, dan Income Statement, agar setiap aktivitas penjualan berdampak langsung pada profitabilitas perusahaan.
Ketiga, kolaborasi lintas divisi dengan prinsip QCDS (Quality, Cost, Delivery, Service), yang menjadikan tenaga penjual sebagai jembatan antara kebutuhan pelanggan dan operasional perusahaan.
Tak berhenti di situ, buku Jurus Jitu Jualan: Makin Sakti dengan AI juga merumuskan lima jurus penjualan adaptif yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi bisnis. Jurus pertama adalah fleksibilitas dalam membangun relasi, mulai dari tahap perkenalan hingga menciptakan kedekatan emosional.
Jurus kedua mengadopsi metode SPIN Selling yang diperkuat dengan teknologi AI untuk menggali kebutuhan pelanggan secara lebih akurat sebelum menawarkan solusi. Jurus ketiga mendorong pendekatan bertahap melalui penawaran kecil seperti uji coba atau konsultasi singkat untuk membangun kepercayaan.
Jurus keempat mengajarkan teknik negosiasi yang cermat dengan memanfaatkan momentum kebutuhan, waktu, dan harga untuk menciptakan solusi yang saling menguntungkan. Terakhir jurus kelima menekankan pentingnya langkah kecil yang tepat sasaran melalui optimalisasi CRM, AI, dan otomasi dalam siklus Get, Keep, Grow, Win-Back.
“Pasar bergerak cepat, dipengaruhi teknologi, perilaku konsumen, dan persaingan. Tenaga penjual yang lambat beradaptasi akan tertinggal, sementara mereka yang terus belajar, memahami tren industri, dan memanfaatkan teknologi dengan tepat akan selalu menemukan peluang baru,” tutup Dimas.
Sebagai informasi, Pekanbaru Marketing Festival 2025 menjadi lebih dari sekadar ajang promosi, event ini menjelma sebagai ruang kolaborasi dan pembelajaran bagi para profesional pemasaran dan tenaga penjual.
Melalui materi Jurus Jitu Jualan, MarkPlus Institute mendorong para sales di Pekanbaru dan sekitarnya untuk menjadi lebih relevan, humanis, dan adaptif di tengah perubahan pasar yang semakin dinamis.
Di era AI dan digitalisasi, peran sales bukan lagi sekadar eksekutor, melainkan mitra strategis yang mampu menggerakkan roda bisnis menuju masa depan yang lebih cerah.