Di era digital yang semakin kompleks, isu keamanan dan perlindungan data pribadi menjadi perhatian utama, terutama ketika menyangkut anak di bawah umur yang mengakses konten online. Spotify, sebagai salah satu platform streaming audio terbesar dunia, kini mengambil langkah tegas di Inggris dengan menerapkan sistem verifikasi usia yang lebih canggih.
Menggandeng Yoti perusahaan teknologi identitas digital yang sebelumnya bermitra dengan Instagram Spotify akan meminta pengguna melakukan pemindaian wajah untuk memastikan usia mereka sebelum mengakses konten eksplisit.
Dikutip dari Engadget, Kamis (31/7/2025), langkah ini bukan sekadar formalitas, tetapi bagian dari upaya besar untuk mematuhi Undang-Undang Keamanan Online Inggris yang mendorong transparansi dan tanggung jawab digital.
Verifikasi usia bukan hanya menjadi syarat baru di Spotify, tapi juga menjadi tren umum di berbagai layanan daring seperti Reddit, Microsoft/Xbox, Langit Biru, dan bahkan situs penyedia konten dewasa.
Kebijakan ini muncul sebagai respons terhadap meningkatnya kekhawatiran bahwa anak-anak bisa dengan mudah mengakses konten yang tidak sesuai dengan usia mereka hanya dengan satu klik.
Namun, teknologi pemindaian wajah bukan tanpa tantangan. Meskipun algoritma AI telah berkembang pesat, hasil identifikasi usia tetap berpotensi keliru.
Jika sistem salah menafsirkan usia pengguna, Spotify menyediakan opsi bagi pengguna untuk melakukan verifikasi lanjutan melalui kartu identitas resmi. Proses ini diharapkan dapat memperkuat akurasi sistem dan mencegah pemblokiran akun yang tidak seharusnya.
Di Inggris, usia minimum untuk menggunakan Spotify adalah 13 tahun. Bagi pengguna yang tidak dapat membuktikan usia mereka sesuai ketentuan, Spotify telah menegaskan bahwa akun akan dinonaktifkan dan akhirnya dihapus demi keamanan platform.
Kebijakan baru ini menandai momen penting dalam transformasi digital yang lebih aman dan bertanggung jawab. Di tengah maraknya regulasi digital dan tuntutan perlindungan anak online, verifikasi usia menjadi elemen kunci yang tidak bisa diabaikan.
Spotify memahami bahwa menghadirkan konten yang beragam harus dibarengi dengan mekanisme kontrol yang adil dan efektif. Menggunakan teknologi biometrik sebagai filter akses dapat menjadi solusi strategis bagi industri streaming yang ingin tetap relevan sekaligus patuh pada regulasi global.
Langkah ini juga membuka peluang untuk mengembangkan standar baru bagi industri musik dan konten audio secara lebih luas. Dengan adopsi teknologi seperti pemindaian wajah, Spotify tidak hanya menjaga kontennya agar tetap sesuai peruntukan usia, tetapi juga memperkuat reputasinya sebagai platform yang peduli terhadap etika digital.
Dalam jangka panjang, pendekatan ini berpotensi menjadi model bagi penyedia layanan digital lainnya di seluruh dunia yang berhadapan dengan tantangan serupa di ranah regulasi dan perlindungan pengguna.
Sementara di Indonesia, Spotify masih bisa diakses oleh semua kalangan tak terkecuali remaja dan anak-anak. Namun, apabila fitur ini diterapkan di Indonesia, sepertinya tidak terlalu efektif.