CEO OpenAI, Sam Altman, kembali membuat publik terkejut melalui sebuah klaim tak biasa dalam blog terbarunya.
Dalam tulisan tersebut, Altman menyebut bahwa satu query atau pertanyaan ke ChatGPT rata-rata hanya menggunakan sekitar 0.000085 galon air, atau jika dikonversi, seperlimabelas sendok teh.
Klaim ini menjadi menarik karena selama ini konsumsi energi dan air oleh kecerdasan buatan (AI) memang tengah menjadi sorotan publik.
Klaim ini disampaikan Altman sebagai bagian dari ulasannya tentang masa depan AI dan dampaknya terhadap kehidupan manusia.
Baca juga: Gandeng Jony Ive, Sam Altman Akan Buat ‘Pembunuh iPhone’?
Meski terdengar ringan, isu ini memiliki bobot besar mengingat pertumbuhan masif teknologi AI dan kekhawatiran yang terus meningkat terhadap dampak lingkungannya.
Konsumsi Energi Setara Oven Selama 1 Detik
Selain soal air, Altman juga menguraikan bahwa satu permintaan ke ChatGPT mengkonsumsi sekitar 0,34 watt-jam energi listrik.
Jumlah ini, katanya, kira-kira sama dengan energi yang digunakan oven dalam satu detik, atau lampu hemat energi yang menyala selama beberapa menit.
Altman bahkan memperkirakan bahwa seiring waktu, biaya kecerdasan buatan akan mendekati biaya listrik itu sendiri.
Pandangan ini memperkuat gagasannya bahwa AI akan semakin efisien dan terjangkau dalam hal sumber daya, meskipun kenyataannya belum tentu sesederhana itu.
Meski terdengar detail, angka-angka yang disampaikan Altman belum didukung dengan referensi ilmiah atau sumber terbuka yang transparan.
OpenAI pun belum memberikan komentar lebih lanjut saat dimintai penjelasan tentang dasar perhitungan tersebut.
Ketiadaan sumber membuat sejumlah pihak mempertanyakan keabsahan angka tersebut, terlebih karena isu konsumsi energi dan air oleh AI telah menjadi perdebatan serius di kalangan akademisi, media, dan pemerhati lingkungan.
Baca juga: Sam Altman Resmi Luncurkan Worldcoin di AS, Proyek Kripto Pemindai Bola Mata
AI Dianggap Menguras Energi Lebih dari Bitcoin
Salah satu kekhawatiran besar yang muncul dari penggunaan AI berskala besar adalah dampaknya terhadap lingkungan, terutama dalam bentuk konsumsi listrik dan air.
Tahun ini saja, sejumlah peneliti memperkirakan bahwa AI bisa menghabiskan lebih banyak energi daripada proses mining Bitcoin, aktivitas yang selama ini dikenal sangat boros listrik.
Dalam sebuah laporan sebelumnya oleh The Washington Post, sebuah email sepanjang 100 kata yang dihasilkan oleh AI berbasis GPT-4 diperkirakan menggunakan lebih dari satu botol air mineral.
Studi ini juga menunjukkan bahwa konsumsi air sangat bergantung pada lokasi pusat data, karena air digunakan untuk mendinginkan server yang bekerja keras.
Transparansi yang Masih Dipertanyakan
Perkiraan Altman tentang konsumsi air yang sangat kecil dapat dimaknai sebagai usaha untuk meredam kekhawatiran publik, namun tetap perlu ditinjau secara objektif.
Tanpa data terbuka, metodologi yang jelas, dan standar pengukuran yang seragam, angka-angka tersebut berpotensi menyesatkan atau minimal, tidak cukup representatif terhadap realita.
Isu ini mengangkat kembali pertanyaan soal transparansi industri AI terhadap dampak ekologisnya. Di satu sisi, teknologi ini membuka peluang besar untuk efisiensi dan solusi berbagai masalah global.
Namun di sisi lain, AI juga berisiko menjadi beban baru bagi lingkungan jika tidak dikembangkan secara bertanggung jawab.
Seiring dengan pertumbuhan pesat teknologi seperti ChatGPT, semakin penting bagi perusahaan seperti OpenAI untuk menyediakan transparansi dan akuntabilitas, bukan hanya dalam performa model mereka, tapi juga dalam dampaknya terhadap lingkungan.
Sumber foto: wikipedia.org