Jemaah Haji Indonesia dengan Seragam Batik
Makkah (Kemenag) – Jamarat di lantai 1 tanggal 12 Zulhijjah pukul 02.30 WAS masih lengang, hanya beberapa kelompok kecil jemaah dari sejumlah negara tampak berjalan dengan bendera kecil yang dibawa pemimpin kelompok dan berhenti melontar kerikil di jumrah Ula, Wustha, dan Kubro. Setelahnya, kelompok-kelompok kecil berlalu lurus menuju Kota Makkah atau berbelok menuju arah Mina.
Namun, sekira pukul 04.00 WAS di ujung Jamarat lantai bawah, muncul gelombang besar ribuan jemaah berjalan dengan kalebet atau bendera kecil melambai-lambai, gemuruh suara Talbyiah menggetarkan bangunan Jamarat yang kokoh. Gelombang jemaah seperti karnaval dengan warna-warna pakaian bak pelangi di ujung langit.
Berita terkait: Penjelasan Kemenag tentang Solusi Masalah Pergerakan Jemaah dari Muzdalifah ke Mina
Seperi barisan parade tentara dengan identitas kesatuan masing-masing, ribuan jemaah bergerak teratur dengan wajah-wajah terang, mata berbinar, pujia-pujian untuk Sang Pencipta terus digemakan, menjadikan Jamarat seperti jalur karnaval akbar dari berbagai belahan dunia.
Beragam warna kulit, baju, identitas, dan bahasa tersebut disatukan oleh satu kalimat Talbiyah, dan digerakkan oleh satu tujuan bersama melemparkan sisi buruk dirinya oleh setiap kerikil yang terbang menerjang syaitan dengan hentakan kalimat, Bismillahi Allahu Akbar.
Di antara puluhan ribu jemaah yang melontar jumrah di tanggal 12 Zulhijjah dini hari tersebut, warna-warna Nusantara mendominasi gelombang jemaah. Identitas Nusantara di Jamarat direpresentasikan dengan pakaian batik yang dikenakan jemaah. Beragam motif, corak dan warna batik membuat Jamarat penuh warna-warna, warna Nusantara.
Lautan jemaah dengan batik menjadi pesona tersendiri, mereka bergerak teratur dan tertib dalam irama Talbiyah dan aba-aba yang digerakkan para pemimpin kelompoknya. Kalebet kecil yang berkibar menjadi kompas setiap kelompok jemaah berbatik tersebut.
Serempak berhenti untuk melontar, lalu dengan aba-aba kalebet, jemaah bergerak lagi melontar hingga Jumrah Kubro. Setelahnya, setiap kelompok jemaah berbatik tersebut bergeser ke ruang kosong lalu bersama-sama menghadap Kiblat melangitkan doa dan bersujud syukur di altar Jamarat.
Atmosfir Nusantara dalam keteraturan barisan yang dikampanyekan kelompok-kelompok jemaah berbatik tersebut, menegaskan kebanggaan batik sebagai salah satu identitas nasional. Mereka menjadi duta bangsa di antara ratusan negara yang mengirimkan rakyatnya berhaji.
Jemaah Indonesia dalam setiap tahun penyelenggaraan haji selalu mendapat apresiasi dari Kerajaan Saudi sebagai jemaah yang tertib dan teratur. Apresiasi ini tentu didasarkan pada sejumlah penilaian objektif yang dilakukan otoritas setempat.
Menag Nasaruddin Umar mengatakan jemaah haji Indonesia adalah seperlima dari total jemaah haji seluruh dunia. “Karena itu, kita mengimbau terus agar jemaah haji Indonesia terus mempertahankan prestasi dan reputasinya yang lalu. Kita tetap jadi jemaah haji yang terbaik, Insya Allah,” pesan Menag di Makkah, Senin (29/06/2025.