Makassar (Kemenag) — Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi’i menegaskan bahwa semangat Tahun Baru Islam 1447 Hijriah harus dimaknai sebagai semangat kemanusiaan. Menurutnya, penetapan momen hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Yatsrib—bukan kelahiran, bukan pula Isra Mi’raj—sebagai awal penanggalan hijriah adalah simbol dari nilai-nilai kemanusiaan yang mendalam.
“Ketika Rasulullah hijrah ke Yatsrib, yang kemudian kita kenal sebagai Madinah, beliau mendirikan masyarakat yang berbasis masjid dan menyusun Piagam Madinah—sebuah konstitusi yang menjamin hak-hak semua warga, tanpa memandang agama, suku, atau kekayaan,” ujar Romo Syafi’i saat bertemu dengan media di Makassar, Sabtu (28/6/2025).
Piagam Madinah, lanjutnya, menjadi landasan awal peradaban yang menghormati martabat manusia. Kepemimpinan Rasulullah di Madinah bahkan dirasakan secara merata oleh masyarakat dari beragam latar belakang keyakinan. “Sebelum itu, hak-hak manusia bisa berbeda karena faktor kekuasaan atau kekayaan. Rasulullah hadir membangun masyarakat berbasis pengabdian kepada Allah, dengan prinsip keadilan bagi seluruh umat manusia,” tegasnya.
Romo Syafi’i menilai, nilai-nilai itu selaras dengan semangat kebangsaan Indonesia. “Semangat hijrah adalah semangat kemanusiaan yang hidup dalam politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Ketika Indonesia membela Palestina, itu bukan semata-mata karena ikatan keagamaan, tetapi karena kemanusiaan yang sedang dihabisi,” katanya.
Ia menegaskan bahwa sikap Indonesia membela Palestina tidak boleh dipersempit sebagai konflik agama. “Kita membela kemanusiaan. Dan itu adalah amanat konstitusi kita. Alinea pertama UUD 1945 jelas menyebut: kemerdekaan adalah hak segala bangsa,” ucapnya.
Romo Syafi’i juga menggarisbawahi bahwa perjuangan para pendiri bangsa dilakukan atas dasar kesadaran agama yang kuat. “Mereka merancang konstitusi dan pada saat yang sama mengamalkan ajaran agama mereka. Maka, memperingati Tahun Baru Hijriah bukan sekadar ritual, tapi juga momentum untuk meneguhkan komitmen kemanusiaan dan kebangsaan,” tutupnya.