M. Ishom el Saha (Guru Besar UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten)
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) umumnya masih berkutat dengan pendidikan akademik dan profesi. Hingga kini, belum ada PTKIN yang menyelenggarakan pendidikan vokasi. Padahal penyelenggaraan pendidikan vokasi memiliki potensi besar untuk menurunkan kesenjangan PTKIN dari sisi supply and demand lulusannya.
Lulusan PTKIN yang hanya mengenyam pendidikan akademik nyatanya terserap sedikit ke dalam lapangan kerja, terutama di sektor formal. Sementara persepsi pengguna layanan PTKIN sudah banyak berobah. Mereka sebagaimana masyarakat pengguna layanan kampus umum juga berharap bahwa nasib dan kesejahteraan hidup mereka dapat berobah setelah menyelesaikan studi di PTKIN.
Kecenderungan masyarakat itu berimplikasi pada penurunan peminatan pendaftaran kuliah di PTKIN. Paling tidak menjadi salah satu faktor berkurangnya jumlah pendaftar di kampus-kampus PTKIN se-Indonesia pada tahun ini. Di samping karena kuota pendaftar kampus-kampus umum yang tahun ini diperbanyak, termasuk kuota mahasiswa baru Prodi-prodi pendidikan vokasi.
Supaya PTKIN dapat bersaing dalam penerimaan mahasiswa baru sekaligus menurunkan kesenjangan antara supply dengan demand lulusannya, perlu dibuka Prodi-prodi pendidikan vokasi atau sekolah vokasi (setingkat fakultas) di PTKIN. Tentunya pendidikan vokasi yang dibuka adalah sesuai dengan basis ideologi dan sosiologi kampus PTKIN.
Di era globalisasi sekarang PTKIN dapat membuka pendidikan vokasi di bidang food, fashion, tourism. Penciri ideologi dan sosiologi PTKIN dalam konteks ini ialah halal food, syariy fashion, dan halal tourism yang dapat dikembangkan dengan bekerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri (DU/DI) halal production.
Lebih baiknya pendidikan vokasi di kampus PTKIN diselenggarakan tersendiri di luar fakultas-fakultas yang ada. Layaknya sekolah Pascasarjana yang sudah dikembangkan di banyak kampus PTKIN, perlu ada sekolah vokasi yang dipimpin oleh seorang dekan. Bentuk perkuliahan pada Sekolah Vokasi PTKIN adalah 5 semester di kampus, 3 semester di industri (4, 7 dan 8). Program pendidikan vokasi PTKIN dapat dibuka Program D3 dan D4.
Namun, sebelum membuka pendidikan vokasi PTKIN dituntut membuat program prioritas, yaitu pembangunan laboratorium, gedung perpustakaan, dan bengkel kerja atau
workshop. Selain itu dosen dosen S1 yang dapat di-upgraid untuk menjadi tenaga pendidik sekolah vokasi penting dipersiapkan, supaya tidak bergantung dengan dosen-dosen baru. PTKIN yang telah memiliki fakultas Saintek, Ekonomi dan Bisnis Islam, Tarbiyah dan Keguruan sebetulnya memiliki dosen-dosen yang siap untuk mengembangkan sekolah vokasi.
Pendirian sekolah vokasi PTKIN memang memerlukan dukungan dari fakultas-fakultas lain, termasuk para alumninya yang sudah meniti karier sebagai profesional DU/DI. Semoga gagasan ini dapat diwujudkan segera di kampus-kampus PTKIN untuk meningkatkan daya saing di era global. Wallahu a’lam.
M. Ishom el Saha (Guru Besar UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten)