Pemerintah tengah fokus untuk memperluas akses konektivitas digital di seluruh wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) guna memaksimalkan pemanfaatan infrastruktur digital serta mendongkrak transformasi digital di Indonesia.
Upaya ini mencakup pendataan wilayah dengan cakupan sinyal yang masih kurang, termasuk Kabupaten Maluku Tengah sebagai salah satu prioritas Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi).
“Jadi nanti khusus untuk yang blank spot, kalau ada titik-titiknya itu mohon dikonsultasikan saja. Nanti bisa kita bantu. Kalau memang bukan daerah 3T berarti dia sudah komersial. Nanti kita bisa cari opsi untuk dorong membangun BTS di situ supaya konektivitasnya jadi lebih baik,” jelas Wakil Menteri Komdigi, Nezar Patria belum lama ini.
Menurut Nezar, akses internet di wilayah 3T akan dioptimalkan melalui integrasi teknologi Satelit Republik Indonesia (SATRIA)-1. Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi di Kementerian Komdigi akan mengkaji dan menyiapkan titik-titik layanan penting bagi sektor pendidikan, kesehatan, pemerintahan, serta pertahanan. Dengan kecepatan mencapai 3 hingga 4 Mbps, SATRIA-1 diharapkan mampu menjembatani kesenjangan digital di wilayah yang sulit dijangkau.
“SATRIA-1 ini mampu memberikan kecepatan hingga 3 sampai 4 Mbps. Nanti kita pelajari daerahnya itu mungkin bisa dibantu pakai satelit tersebut. Ground segment-nya bisa dipasang di titik-titik yang membantu untuk pendidikan, kesehatan, pemerintahan, dan pertahanan,” tuturnya.
Selain peningkatan infrastruktur, penguatan literasi digital juga menjadi prioritas agar masyarakat dapat lebih cerdas dalam memanfaatkan kemajuan teknologi. Melalui program literasi digital, diharapkan warga tidak hanya mendapatkan akses informasi akurat, tetapi juga mampu mengenali dan menghindari penyebaran hoaks serta informasi yang menyesatkan.
“Literasi digital dibutuhkan di sana supaya masyarakat lebih aware. Ini juga untuk mendidik mereka agar paham bahaya-bahayanya hoaks, informasi yang salah atau misinformasi, disinformasi,” tegas Nezar.
Lebih jauh, Kementerian Komdigi mendukung peningkatan kapasitas digital aparatur pemerintahan daerah melalui inisiatif seperti Program Digital Talent Scholarship dan Digital Leadership Academy. Program ini selaras dengan percepatan implementasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) untuk menciptakan pelayanan publik yang lebih efisien dan transparan.
“Karena kita kan juga lagi gencarkan, mengakselerasi sistem pemerintah berbasis elektronik SPBE,” tuturnya lagi.
Sebagai informasi, SATRIA-2 merupakan inisiatif strategis pemerintah Indonesia yang dirancang untuk mengoptimalkan konektivitas digital di seluruh nusantara. Proyek satelit ini dikembangkan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) di bawah naungan Kementerian Komunikasi dan Digital, dengan tujuan utama menyediakan layanan internet berkecepatan tinggi, terutama bagi wilayah yang sulit dijangkau jaringan terestrial.
Proyek SATRIA-2 akan mewujudkan dua satelit geostasioner, yaitu SATRIA-2A dan SATRIA-2B, yang bersama-sama diperkirakan memiliki total kapasitas mencapai 300 Gbps. Peningkatan kapasitas ini menjadi langkah penting untuk menggandakan kecepatan dan stabilitas jaringan yang sebelumnya dihadirkan oleh SATRIA-1.
Dengan kapasitas 300 Gbps, SATRIA-2 diharapkan mampu mengatasi kesenjangan digital di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar sebuah upaya untuk memastikan bahwa seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan akses internet yang cepat dan andal.