Samsung menghadapi tantangan besar dalam menyelesaikan pabrik semikonduktor canggihnya di Taylor, Texas, setelah melaporkan belum adanya pelanggan yang siap memesan chip di fasilitas tersebut. Padahal, menurut laporan Nikkei Asia, konstruksi sudah hampir rampung dengan progres lebih dari 90 persen.
Namun Samsung memilih menunda pemasangan peralatan dan peluncuran operasional, karena mereka belum melihat permintaan yang cukup kuat untuk memulai produksi massal pada teknologi 4 nanometer di lokasi itu.
Dikutip dari Engadget, Senin (7/7/2025), keputusan untuk menunda pembukaan pabrik Taylor bukan semata-mata soal infrastruktur yang belum tuntas. Samsung tengah mempertimbangkan peningkatan lini produksi agar bisa menangani proses fabrikasi chip dengan node 2 nanometer, di mana hanya sedikit perusahaan di dunia yang mampu melakukannya.
Langkah ini didorong oleh kebutuhan untuk bersaing ketat melawan rival seperti TSMC, yang sudah memimpin pasar dengan teknologi wafer tercanggih mereka. Alih-alih terburu-buru memproduksi chip 4 nm, Samsung memilih memperluas kapabilitas pabrik sehingga bisa memproduksi chip generasi berikutnya.
Pabrik Taylor sendiri merupakan titik sentral dalam strategi investasi global Samsung senilai 44 miliar dolar AS di Texas. Keberadaan dana hibah hingga 6,4 miliar dolar AS dari program CHIPS Act yang digagas pemerintahan AS semula diharapkan mempercepat penyelesaian kampus semikonduktor ini.
Samsung menyatakan sebagian besar dana tersebut akan dipakai untuk menyelesaikan pembangunan, memperkuat rantai pasok lokal, dan menyiapkan peralatan mutakhir. Namun kenyataannya, penundaan demi penundaan terus terjadi, mulai dari kelangkaan tenaga kerja konstruksi, hingga mundurnya beberapa kontraktor utama.
Kendala tidak berhenti disitu karena tepat tahun lalu, Reuters melaporkan bahwa pengiriman alat litografi canggih dari ASML, pemasok Belanda yang menjadi tulang punggung produksi chip berteknologi tinggi, juga tertunda karena Samsung belum memiliki komitmen pesanan dari klien besar.
Tanpa kepastian pelanggan, raksasa Korea Selatan itu enggan memasukkan perangkat mahal tersebut ke fasilitas yang belum digunakan, meski sudah diujung tahap akhir konstruksi. Efek domino dari penundaan ini terasa hingga ke karyawan dan mitra lokal.
Ketika Samsung melakukan pemangkasan tenaga kerja secara global, sebagian posisi di proyek Taylor ikut terdampak. Banyak pekerja lokal kehilangan kesempatan berkarier di industri semikonduktor yang tengah tumbuh pesat.
Tidak hanya itu, pemasok komponen termasuk perusahaan kecil menengah di sekitar Texas terpaksa mencari proyek alternatif sementara pembangunan tertunda, menimbulkan tekanan finansial dan operasional bagi mereka.
Samsung sendiri sempat menegaskan kepada Nikkei Asia bahwa target pembukaan pabrik Taylor masih di sekitar tahun 2026 setelah melakukan perbaikan pada jalur pengecoran chip. Namun belakangan publikasi Korea Selatan, The Elec, menulis bahwa target itu kemungkinan bergeser ke Februari 2027.
Kurangnya pelanggan volume besar, semakin menyusutnya tim kontraktor, dan penurunan tenaga kerja lapangan menjadi faktor utama yang memaksa perusahaan mengevaluasi kembali jadwal awal yang sudah diumumkan.
Meski demikian, optimisme untuk masa depan pabrik semikonduktor Taylor tetap ada. Samsung terus menjalin diskusi dengan calon klien baik di industri otomotif, elektronik konsumen, maupun perusahaan teknologi tinggi yang membutuhkan chipset performa tinggi.
Jika mereka berhasil memastikan kontrak jangka panjang, pabrik 2 nanometer di Texas berpotensi menjadi pusat inovasi baru dan mengokohkan posisi Samsung di peta persaingan global. Hingga saat itu tiba, publik dan industri akan terus memantau setiap langkah Samsung dalam menyelesaikan proyek monumental ini.