Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, makna kebebasan kini meluas, bukan sekadar tentang merdeka secara fisik, melainkan memberi ruang bagi generasi muda untuk berkembang dan berkontribusi.
Samsung Tech Institute (STI) hadir sebagai bentuk nyata dari semangat itu, mengajak anak-anak muda untuk tumbuh, berkarya, dan membangun masa depan.
Sejak diluncurkan pada tahun 2013, program STI telah menjadi wadah pendidikan vokasi yang menguatkan ekosistem pendidikan dan industri.
Baca juga: iFixit Bongkar Galaxy Z Fold 7: Cantik di Luar, Tapi…
Hingga ajaran 2024/2025, STI telah menjangkau 67 SMK, melibatkan 18.161 siswa dan 146 guru dalam kurikulum praktis yang disusun berdasarkan kebutuhan industri dalam bidang perbaikan Handheld Product, Audio Video, hingga Home Appliance, ditambah pelatihan Sales & Marketing dan pengajaran guru (Training of Trainers).
Silicon kehadiran program ini bukan hanya soal transfer pengetahuan, tetapi juga kolaborasi nyata antara dunia industri dan sekolah.
Kurikulum vokasi yang relevan kemudian dilengkapi dengan program PKL (Praktik Kerja Lapangan) yang memungkinkan siswa merasakan langsung atmosfer kerja di Samsung Electronics Indonesia, sekaligus memantapkan kesiapan mereka dalam menghadapi tantangan kerja.
Mengurai Tantangan Pengangguran Lulusan SMK
Data statistik menunjukkan bahwa pendidikan vokasi masih menghadapi tantangan serap pasar kerja. Misalnya, hingga Agustus 2024, tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMK tercatat 8,62 persen, yang merupakan angka tertinggi di antara jenjang pendidikan lain.
Meski beberapa pihak menyebut jumlah lulusan SMK yang langsung bekerja cukup tinggi, data tetap menunjukkan perlunya sinergi lebih baik antara pendidikan dan industri.
STI hadir sebagai jembatan solusi: membantu siswa tidak sekadar punya ilmunya, tetapi juga memiliki bekal teknis dan soft skill yang diperlukan untuk cepat terserap di dunia kerja.
Baca juga: Profil Mira Murati Yang Tolak Tawaran Rp16 Triliun dari Meta Demi Kemandirian AI
Data internal juga memperkuat hasil positif ini: 62 % lulusan STI langsung terserap ke dunia kerja, 22 % melanjutkan pendidikan lebih tinggi, dan sisanya memulai usaha mandiri.
Kolaborasi STI sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan vokasi. Program ini mendukung upaya Kemendikbudristek untuk menghasilkan lulusan SMK yang kompeten, adaptif, dan siap menghadapi tantangan global.
Di momentum HUT RI ke‑80, STI bukan sekadar program pelatihan, tetapi wujud semangat kebebasan belajar yang menghasilkan generasi muda mandiri dan produktif.