Samsung baru saja mengukir kemenangan penting dalam ranah hukum atas jajaran Galaxy S22-nya. Dalam keputusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Distrik Pusat Seoul pada tanggal 12 Juni 2025, gugatan class action yang diajukan oleh 1.882 pemilik Galaxy S22 ditolak secara menyeluruh.
Para penggugat, yang masing-masing menuntut ganti rugi sebesar 300.000 won (sekitar $221), menuduh bahwa Samsung telah menyesatkan pembeli dengan menghilangkan kinerja maksimal perangkat melalui fitur Game Optimizing Service (GOS).
Dikutip dari Gizmochina, Jumat (13/6/2025), fitur GOS, yang sudah ada sejak Galaxy S7, berfungsi sebagai lapisan perangkat lunak yang membatasi frame rate dan responsivitas pada game berperforma tinggi. Tujuannya adalah untuk mengendalikan konsumsi daya dan mengurangi panas berlebih, terutama pada varian Exynos S22 yang dikenal kurang efisien dalam hal penghematan energi.
Dalam seri Galaxy S22, penerapan GOS menjadi wajib, menggantikan solusi sementara yang pernah ada sebelumnya. Keputusan ini menimbulkan kontroversi di kalangan pengguna karena mereka merasa bahwa Samsung sempat menggembar-gemborkan kemampuan gaming dari S22, padahal fitur tersebut secara nyata memberikan batasan kinerja pada perangkat.
Persidangan yang memakan waktu lebih dari tiga tahun tersebut menyuguhkan argumen bahwa iklan Samsung telah menciptakan persepsi kinerja tanpa batas. Meski demikian, hakim akhirnya menyimpulkan bahwa para penggugat gagal menunjukkan bukti yang konkret mengenai kerugian finansial ataupun dampak nyata yang mengakibatkan kerugian atau penyesatan terhadap keputusan pembelian.
Menurut putusan pengadilan, dampak GOS terbatas pada sejumlah kecil game berperforma tinggi dan tidak mempengaruhi penggunaan atau aplikasi sehari-hari yang umumnya digunakan oleh konsumen.
Tanpa adanya bukti bahwa masyarakat secara rutin bergantung pada aplikasi atau game yang terkena dampak, kasus tersebut dianggap tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan ganti rugi.
Selain itu, pengadilan juga menolak klaim bahwa Samsung telah melanggar undang-undang perlindungan konsumen dengan tidak mengungkapkan keberadaan GOS secara eksplisit. Sejumlah argumen menyatakan bahwa fitur ini tidak cukup signifikan untuk memengaruhi keputusan pembelian pada umumnya, sehingga tidak dapat dianggap sebagai kesalahan yang merugikan konsumen.
Putusan ini semakin diperkuat oleh fakta bahwa para penggugat juga diperintahkan untuk menanggung semua biaya litigasi, menambah tekanan hukum terhadap usaha gugatan yang akhirnya dinyatakan tidak memiliki dasar faktual yang kuat.
Kemenangan hukum ini memberikan sinyal bahwa Samsung, melalui serangkaian pembaruan perangkat lunak sejak 2022, telah berupaya menanggapi berbagai kontroversi seputar fitur GOS pada Galaxy S22. Pembaruan tersebut memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan pengaturan GOS, yang merupakan respons atas tuntutan agar perangkat dapat memberikan pengalaman gaming yang lebih optimal.
Keputusan pengadilan yang menguntungkan ini tidak hanya menjaga reputasi Samsung sebagai pemimpin dalam industri teknologi, tetapi juga menekankan pentingnya bukti nyata dalam setiap tuntutan hukum yang diajukan.
Dengan menyatakan bahwa tidak ada bukti kerugian finansial maupun efek negatif dari batasan yang diberlakukan oleh GOS, pengadilan menegaskan bahwa inovasi teknologi tetap berada di garis depan pertumbuhan produk, meskipun dihadapkan pada tantangan hukum.
Kemenangan ini diharapkan menjadi acuan bagi perusahaan teknologi lain dalam mengelola ekspektasi konsumen dan mempertahankan transparansi operasional, sehingga setiap fitur yang diperkenalkan dapat dinilai secara objektif dari sisi kinerja dan manfaat penggunaan sehari-hari.
Secara keseluruhan, putusan Pengadilan Distrik Pusat Seoul ini merupakan pelajaran penting bagi industri teknologi. Dengan membebaskan Samsung dari tuntutan ganti rugi terkait GOS pada Galaxy S22, pengadilan menggarisbawahi bahwa inovasi dan keunggulan teknis harus dinilai melalui bukti nyata dan pengaruh langsung terhadap pengguna, bukan semata-mata oleh persepsi yang dibangun melalui iklan.
Keputusan ini turut membantu menenangkan situasi hukum di pasar smartphone dan membangun kepercayaan bahwa setiap teknologi canggih harus dipahami konteks dan mekanisme kerjanya secara menyeluruh dalam menciptakan pengalaman pengguna yang optimal dan aman.