Sam Altman, CEO OpenAI, kembali membuat pernyataan mengejutkan terkait perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Dalam wawancaranya di podcast This Past Weekend bersama Theo Von yang dilansir dari toms guide (29/07/25), Altman mengungkapkan bahwa pengembangan GPT-5 telah mencapai titik yang membuatnya “takut”.
Bahkan Altman sampai membandingkannya dengan momen kelam dalam sejarah sains: Manhattan Project, proyek yang menghasilkan bom atom pertama.
“Ini terasa sangat cepat,” ujar Altman. “Saat menguji GPT-5, saya merasa takut. Saya melihatnya dan berpikir: Apa yang telah kita lakukan?”, ungkapnya.
GPT-5: Kecepatan dan Kemampuan yang Menakutkan
GPT-5, yang disebut-sebut akan dirilis secara publik pada Agustus 2025, telah lama dinanti sebagai lompatan besar dari model sebelumnya.
Menurut Altman, model ini bukan hanya lebih cepat dalam merespons, tapi juga jauh lebih cerdas, kompleks, dan mampu melakukan proses multi-langkah dengan efisiensi yang belum pernah ada sebelumnya.
Model terbaru ini juga dikabarkan akan memiliki jendela memori yang lebih panjang dan kemampuan multimodal yang lebih canggih mampu menerima dan mengolah input dari teks, suara, gambar, grafik, hingga file dalam satu interaksi terpadu.
Namun, di balik kecanggihan ini, Altman menegaskan bahwa kecepatan pengembangan AI saat ini telah melampaui laju regulasi dan pengawasan.
“Rasanya seperti tidak ada orang dewasa di ruangan,” katanya, menyiratkan kekhawatiran atas absennya kontrol etis dan kebijakan yang memadai.
Analogi dengan Manhattan Project: Apakah Terlalu Jauh?
Pernyataan Altman tentang GPT-5 yang diibaratkan seperti Manhattan Project bukan tanpa kontroversi. Sejumlah pihak menganggapnya sebagai bentuk kejujuran yang patut diapresiasi, sementara sebagian lainnya menilai pernyataan tersebut sebagai taktik pemasaran untuk membangun hype menjelang peluncuran GPT-5.
Namun bagi banyak pengamat, ucapan Altman menjadi refleksi serius atas potensi dampak besar dari AI terhadap masyarakat dan pekerjaan.
“Ada momen dalam sejarah sains di mana para ilmuwan melihat ciptaannya dan berkata, ‘Apa yang telah kita lakukan?’” ujar Altman, mengutip perasaan serupa yang dirasakan oleh para ilmuwan nuklir pasca Perang Dunia II.
Fitur GPT-5 yang Diprediksi Hadir
Walau belum ada detail resmi dari OpenAI, beberapa bocoran menyebut GPT-5 akan membawa fitur berikut:
- Proses multi-langkah lebih baik: Dapat menangani proyek yang kompleks dari awal hingga akhir.
- Memori jangka panjang lebih besar: Bisa ‘mengingat’ lebih banyak konteks dari sesi sebelumnya.
- Integrasi multimodal penuh: Teks, suara, gambar, dan file bisa digunakan secara simultan.
- Respons real-time lebih cepat: Cocok untuk produktivitas dan automasi tingkat tinggi.
- Penggunaan AI agent yang lebih andal: Asisten AI virtual dengan kapabilitas otomatisasi dan pengambilan keputusan.
Sebagian pihak menilai pernyataan Altman sebagai bentuk kejujuran yang langka di tengah euforia AI. Namun tak sedikit pula yang skeptis, menyebut bahwa ucapan Altman bisa saja dimaksudkan untuk menambah daya tarik terhadap GPT-5 menjelang peluncurannya.
Meski demikian, kekhawatiran mengenai AI yang terlalu cepat berkembang bukanlah hal baru. Banyak pakar telah memperingatkan tentang risiko etis, sosial, dan ekonomi jika AI yang sangat canggih dirilis tanpa pengawasan ketat.
Altman sendiri tampaknya menyadari hal ini dan berharap adanya pembahasan serius tentang regulasi AI. Bahkan, ia menyatakan bahwa komunikasi antara manusia dan AI seharusnya memiliki kerahasiaan hukum layaknya pembicaraan antara pasien dan dokter, atau klien dengan pengacara.