Dunia game indie sedang diguncang oleh keputusan mendadak dua platform besar, Itch.io dan Steam menghapus ribuan game dan karya seni digital bertema dewasa.
Langkah ini dipicu oleh tekanan dari kelompok advokasi anti-pornografi serta perusahaan pemroses pembayaran global, dan telah memicu kekhawatiran besar mengenai sensor, kebebasan berekspresi, dan nasib kreator dari komunitas marjinal.
Dilansir dari The Verge (30/07/25), pekan lalu, para kreator di platform game independen Itch.io dikejutkan oleh pemberitahuan bahwa semua konten bertanda NSFW (Not Safe For Work) telah “dideindeks”.
Artinya, game, buku, atau komik dengan tag NSFW tidak akan muncul lagi dalam hasil pencarian situs,, membuatnya nyaris mustahil ditemukan atau dibeli oleh pengguna baru.
Meski konten yang sudah dibeli masih bisa diakses, ribuan karya pada dasarnya telah menghilang dari ruang publik.
Steam Ambil Langkah Serupa
Tidak lama setelah itu, Steam, platform distribusi game terbesar di dunia, juga melakukan langkah serupa. Mereka menerapkan kebijakan yang lebih ketat terhadap konten dewasa, yang berujung pada penghapusan banyak game dari katalog mereka.
Para pengembang tidak mendapatkan penjelasan terperinci, namun spekulasi menyebut tekanan dari pemroses pembayaran sebagai alasan utama.
Masih dari The Verge, pemicunya adalah sebuah game berjudul No Mercy yang sempat tersedia di kedua platform sebelum akhirnya dihapus pada April lalu.
Organisasi asal Australia bernama Collective Shout, yang dikenal gencar mengampanyekan pelarangan terhadap objektifikasi perempuan, meluncurkan serangan terbuka terhadap game tersebut.
Mereka menyebut No Mercy sebagai “simulator pemerkosaan”, meski pihak pengembang, Zerat Games membantah tuduhan itu.
Mereka menjelaskan bahwa game tersebut adalah visual novel dewasa dengan tema dominasi laki-laki dan elemen pemerasan.
Sebagai respons atas tekanan dari Collective Shout, para pemroses pembayaran seperti Visa dan Mastercard diduga memberikan ultimatum kepada Itch.io dan Steam untuk meninjau ulang konten yang mereka izinkan dijual di platformnya.
Akibatnya, lebih dari 20.000 game, buku, dan komik hilang secara tiba-tiba dari katalog digital, seperti yang dilaporkan oleh Internet Archive.
Dampaknya Terasa ke Komunitas Kreator
Bagi banyak kreator independen, terutama dari komunitas LGBTQ+, kreator perempuan, dan kreator dari negara berkembang, platform seperti Itch.io adalah ruang bebas untuk mengekspresikan diri.
Banyak dari mereka tidak memiliki akses ke jalur distribusi mainstream. Dengan konten mereka dideindeks atau dihapus, mereka tidak hanya kehilangan penghasilan, tetapi juga wadah kreatif yang selama ini menjadi nafas hidup mereka.
Langkah ini juga menyulut diskusi panas mengenai batas antara perlindungan konsumen dan penyensoran berlebihan. Apakah langkah ini benar-benar demi keamanan pengguna? Atau justru mematikan suara-suara dari kelompok yang selama ini terpinggirkan?
Siklus Berulang di Industri Game
Peristiwa ini bukan pertama kali terjadi. Di masa lalu, Steam juga sempat mengubah kebijakan konten dewasanya karena tekanan serupa, hanya untuk kembali melonggarkan aturan di kemudian hari.
Hal ini menunjukkan bahwa industri game terus berada dalam tarik-ulur antara ekspresi kreatif dan kepatuhan terhadap lembaga eksternal, seperti pemroses pembayaran dan kelompok sosial konservatif.
Sayangnya, siklus ini sepertinya akan terus berulang dan para kreator selalu berada di sisi yang dirugikan.
Insiden ini menjadi pengingat bahwa meskipun digitalisasi memberi kebebasan berekspresi, kekuatan besar masih dipegang oleh segelintir pemain yang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh ada di ruang maya.