Manchester United memberi para penggemar hari yang tak terlupakan di Old Trafford, tempat emosi dilepaskan dalam drama penuh aksi.
Dari posisi aman hingga di ambang kekalahan, lalu meledak dengan kemenangan 5-4 setelah 120 menit dramatis melawan Lyon di leg kedua perempat final Liga Europa 2024/2025 pada Jumat 18 April 2025 dini hari WIB, Setan Merah menciptakan salah satu comeback paling dramatis.
Malam yang Gila di Old Trafford
Dimulai dengan suasana yang berbeda, pertandingan ini dimeriahkan dengan pemasangan tifo pertama di Old Trafford, yakni simbol spiritual yang dibuat sendiri oleh para penggemar, dengan tulisan “Never Gonna Stop”. Gambar itu digantung di tribun Sir Alex Ferguson sebagai janji bahwa MU akan berjuang sampai akhir, tidak peduli seberapa berat tantangannya.
Dan tim merah memasuki permainan dengan penuh semangat. Gol pembuka di awal, inisiatif dalam permainan, dikombinasikan dengan keunggulan kandang membantu mereka dengan cepat memimpin 2-0 setelah lebih dari satu jam permainan. Segalanya tampak dalam kendali pelatih Ruben Amorim dan timnya.
Tetapi sepak bola selalu menjadi olahraga yang aneh. Dari menit ke 71 hingga ke 77, semua keunggulan runtuh dengan cepat. Lyon menyamakan kedudukan 2-2 sementara pemain MU tampak kebingungan. Leg pertama pun berakhir dengan skor 2-2, yang memaksa kedua tim bertanding hingga perpanjangan waktu.
Saat ini, ketika banyak orang mengira MU akan memanfaatkan kelebihan jumlah pemain (Tolisso diusir keluar lapangan di akhir babak kedua), Lyon-lah yang menunjukkan nyali. Mereka mencetak dua gol berturut-turut berkat Cherki dan Lacazette, sehingga skor menjadi 4-2. Sebuah kejutan nyata yang membungkam seluruh “Teater Impian”.
Di seluruh platform media sosial, frasa seperti “runtuh,” “bencana,” dan “tidak berdaya” diulang terus menerus. Banyak orang tidak mempercayai matanya. Sebuah tim yang sedang unggul dan memiliki satu pemain lebih, bagaimana bisa berakhir dalam situasi seperti ini?
Ketika harapan memudar, Manchester United tiba-tiba bangkit kembali. Pada menit ke-114, Casemiro mendapat hadiah penalti setelah berlari dengan berani. Bruno Fernandes berhasil mengeksekusinya, menyalakan kembali secercah harapan. Tak berhenti disitu, pada menit ke-120, Kobbie Mainoo – talenta muda yang kembali dari cedera – mencetak gol penyeimbang 4-4 lewat penyelesaian berkelas setelah penanganan yang dingin.
Seluruh stadion belum mendingin karena kegembiraannya ketika sundulan yang menentukan datang dari… Harry Maguire. Bek tengah asal Inggris itu menerima umpan silang Casemiro dan membuat gawang Lyon bergetar untuk kelima kalinya pada menit ke-120+1. Old Trafford tampak meledak dalam sorak-sorai dan keheranan yang luar biasa.
Casemiro – yang pernah dianggap sebagai beban tim – menjadi tokoh utama dalam kebangkitan emosional. Dia berkontribusi pada ketiga gol akhir United: memenangkan penalti, membantu Mainoo, dan kemudian mengirimkan umpan silang yang menentukan bagi Maguire untuk mencetak gol kemenangan.
Para Pahlawan yang Sempat Terlupakan
Dari nama-nama yang dulunya tak dikenal seperti Casemiro, Maguire, Mainoo… “Setan Merah” menuliskan kisah ajaib di kandang sendiri. Casemiro sempat berada di bangku cadangan untuk waktu yang lama, Maguire berada di bawah tekanan berat dari opini publik, dan Mainoo adalah wajah muda tanpa harapan besar. Namun, mereka sendiri menjadi pahlawan.
Kemenangan ini membantu MU melaju ke babak semifinal Liga Europa dan akan berhadapan dengan lawan tangguh, Athletic Bilbao. Ini akan menjadi tantangan lain di mana kesalahan tidak dapat diperbaiki dengan mudah. Namun saat ini, “Setan Merah” berhak berbangga atas malam legendaris di Old Trafford ini.
Yang membuat Manchester United istimewa bukanlah konsistensi atau kecanggihan taktis. Tim ini berjalan dengan emosi, dengan semangat juang yang terkadang liar namun dahsyat. Mereka mungkin tersandung saat melawan lawan Liga Inggris yang lebih lemah, tetapi mereka juga dapat menampilkan permainan yang membuat Eropa terkagum.
Pertandingan melawan Lyon memperlihatkan beberapa kelemahan: Rasmus Hojlund terus berdiam diri, Garnacho menyia-nyiakan peluang dengan ekspektasi gol yang sangat tinggi (xG 0,83), dan pertahanan masih meninggalkan celah mematikan. Namun, United diselamatkan oleh momen kecemerlangan individu – sesuatu yang selalu menjadi bagian identitas di Old Trafford.
Mungkin hal yang paling luar biasa tentang kemenangan ini bukanlah skornya, tetapi cara terjadinya. Tim yang tampak tambal sulam, tetapi berjuang dengan sepenuh hati. Lini serang mengakhiri pertandingan dengan Maguire bermain paling tinggi, Mainoo beroperasi sebagai false 9, dan Casemiro bekerja keras seperti gelandang box-to-box di masa jayanya. Semua itu berkontribusi pada skenario yang membuat penggemar menahan napas setiap menit.
Semakin aneh, semakin menarik Manchester United. Semakin rapuh mereka, semakin besar kemungkinan mereka melakukan keajaiban. Mereka bisa membuat orang gila saat tersandung, tetapi kemudian membuat seluruh dunia sepak bola angkat topi saat mereka meledak.
Manchester United bukanlah tim yang sempurna, dan musim ini telah membuktikannya lebih jelas dari sebelumnya. Namun saat mereka melangkah ke lapangan, mengenakan warna merah, dan berjuang dengan slogan “Never Gonna Stop”, tak seorang pun berani meremehkan kolektif ini.
Petualangan Liga Europa berlanjut. Dengan semangat tinggi dan keyakinan kuat, Ruben Amorim dan timnya menciptakan sebuah perjalanan yang ingin diikuti oleh setiap penggemar hingga akhir.