Peserta Studi Lapangan Multikultural
Mengunjungi berbagai rumah ibadah memberi kesan mendalam. Kunjungan seperti ini bukan hanya menyiratkan hal penting bahwa keragaman adalah hal yang hakiki dalam kehidupan berbangsa, namun lebih dari itu keragaman juga menawarkan keindahan dalam harmoni perbedaan yang ada. Lebih dari itu, kunjungan ke berbagai rumah ibadah justru menebalkan keberagamaan. Dengan mengunjungi rumah ibadah pemeluk agama lain, keberagamaan makin menguat karena terdapat keyakinan bahwa pada dasarnya agama mengajarkan cinta kasih dan penghargaan terhadap sesama.
Pada hari Minggu 1 Juni 2025, bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila, Pengurus Pusat Pergerakan Mahasiswa Moderasi Beragama dan Bela Negara (PMMBN), Pengurus Wilayah PMMBN Jawa Barat, bekerja sama dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Islam Darussalam Ciamis mengadakan Studi Lapangan Multikultural (Multicultural Field Study) ke Kampung Kerukunan Ciamis. Giat ini dilaksanakan dalam rangka Sekolah Pendidikan Kritis dan Leadership Camp yang merupakan kolaborasi ketiga institusi tersebut.
PMMBN adalah Pergerakan Mahasiswa Moderasi Beragama dan Bela Negara. PMMBBN merupakan wadah untuk pendesiminasian dan penyebaran paham Moderasi Beragama dan Bela Negara pada Perguruan Tinggi Umum. Di Indonesia, banyak sekali organisasi mahasiswa dengan basis pergerakan dan kubu. Difasilitasi Kementerian Agama, khususnya Direktorat Pendidikan Agama Islam-Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, PMMBN ini diarahkan menjadi wadah bertemunya segala perbedaan itu. PMMBN ingin agar aktivis mahasiswa dari berbagai organisasi mahasiwa itu bisa berkumpul dan berkomunikasi. Jika sebelumnya mereka memiliki hambatan dan barrier dalam berinteraksi, dengan adanya PMMBBN ini maka barrier tersebut bukan menjadi penghalang. PMMBN memiliki ruang untuk berdialog, dan mengekpresikan segala perbedaan itu.
Program Multicultural Field Study ini bertujuan untuk mengenal lebih mendalam kondisi masyarakat dan keunikan interaksi antarumat beragama dalam menjaga harmoni sosial serta memperkuat karakter mahasiswa yang kritis dan moderat. Lebih jauh, Multicultural Field Study merupakan agenda puncak yang dimulai dari Seminar Nasional, Pelatihan, dan Kunjungan Lapangan. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi umum di sekitar Jawa Barat, khususnya di wilayah Ciamis.
Lokasi kampung tersebut berada di Kampung Lebak, Kelurahan Ciamis, Kabupaten Ciamis. Kampung Kerukunan di Ciamis ini memiliki empat tempat ibadah dari agama yang berbeda, yakni Masjid Al Mujahidin, Gereja Katolik St Yohanes, Li Tang Konghucu, dan Klenteng Hok Tek Bio. Kawasan ini diresmikan oleh pemerintah daerah pada 21 April 2022. Selain Masjid Al Mujahidin, di kampung ini juga berdiri Gereja Katolik Santo Yohanes, yang berada persis di seberang masjid, serta Klenteng Hok Tek Bio, dan Lintang Khonghucu yang berada di samping gereja. Acara peresmian Kampung Kerukunan oleh Bupati Herdiat Sunarya juga diisi tausiah dari KH Koko Komarudin,
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Ciamis. Saat menyampaikan tausiah, KH Koko didampingi Romo Mikael dari Gereja Katolik Santo Yohanes dan JS Widhi Priyatno dari Litang Khonghucu (MAKIN). Umumnya masyarakat Ciamis mayoritas beragama Islam, akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari bisa hidup berdampingan dengan damai. Hal ini bisa kita lihat di masyarakat Kampung Kerukunan yang berbeda agama tetapi bisa hidup berdampingan, saling membantu satu sama lain, dan saling menghormati. Di kampung ini umat berbeda agama hidup berdampingan, saling membantu, dan menghormati. Pada kegiatan Multicultural Field Study ini, penyelenggara membagi para peserta menjadi tiga kelompok, yang mana setiap kelompok ada yang berkunjung ke Masjid Jami´Al Mujahidin, Gereja Katolik Santo Yohanes, dan Kelenteng Hok Tek Bio.
Antusiasme peserta terlihat dari keaktifan mereka dalam mengajukan berbagai pertanyaan menarik seputar topik keberagaman serta praktik sosial dan kebudayaan yang berkembang di Kampung Kerukunan. Toleransi antarumat beragama sejatinya telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sejak masa kemerdekaan. Khususnya di kampung ini, warga terbiasa hidup bersama dalam suasana saling menghargai, berbaur dalam kegiatan sosial, dan bergotong royong tanpa memandang perbedaan agama, sembari tetap teguh memegang keyakinan masing-masing.
Syarif (20), salah satu peserta, mengungkapkan pengalaman dan kesan mendalamnya tentang kegiatan ini. “Kunjungan ini merupakan pengalaman menarik, karena sebagai warga lokal baru pertama kali berkunjung dan bisa berinteraksi secara aktif dengan masyarakat yang memiliki latar belakang agama yang berbeda,’’ ujarnya.
Pesan-pesan perdamaian menjadi parameter kesimpulan dari berbagai penyampaian narasumber. Salah satu penjelasan dari narasumber mengenai pengenalan faham-faham demikian bukan hanya dilaksanakan di ranah kemahasiswaan, akan tetapi lebih dari itu perlu juga di berikan sosialisasi dari mulai pendidikan dasar. Oleh karena itu, support dan kerjasama berbagai stekholder sangat dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan mulia tersebut.
“Saling menghargai dan mengimplementasikan nilai-nilai toleransi merupakan kewajiban kita bersama. Perbedaan bukan halangan untuk bekerja sama dalam ranah sosial kemasyarakatan, akan tetapi hal tersebut adalah komitmen bersama yang perlu kita pegang teguh. Lebih dari itu, keberagaman bisa menjadi kekuatan untuk Indonesia agar bisa menjadi contoh dunia dalam konteks menjaga persatuan dalam berbangsa dan bernegara,” ungkap Adnan Mughoffar.
Dari giat Multicultural Field Study ini terbentuk pengalaman dan pelajaran penting bahwa kerukunan antarumat beragama yang tercermin di kampung kerukunan Ciamis menjadi bentuk nyata kebhinekaan dan keindonesiaan yang menunjukkan harmoni, toleransi, dan pemahaman antarumat beragama yang merepresentasikan miniatur kebangsaan Indonesia.
Adnan Mughoffar, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Pengurus Pimpinan Pusat PMMBN