Dadik dan Rusmiati, jemaah haji suami istri asal Bogor.
Makkah (Kemenag) — Menjalankan ibadah haji memiliki makna yang sangat mendalam bagi pasangan suami istri Dadik (55) dan Rusmiati (48). Jemaah asal Bogor ini mengaku haji ini menjadi titik balik untuk kembali merajut kebersamaan berumah tangga.
Dadik mengaku, selama di rumah, ia jarang bertemu istrinya. Karena hari-harinya ia habiskan bekerja di lapangan. “Kalau di Bogor, saya jarang ketemu istri, ketemunya mungkin bisa dua hari sekali. Biasa lah di jalan,” kata Dadik ketika diwawancara di Hotel Mina View, Makkah, Selasa (24/2025).
Nyaris, hari-harinya di Makkah selama sebulan ini tak dilewatinya tanpa kebersamaan dengan sang istri. Bagi Dadik, ini menjadi sesuatu yang sangat istimewa. Karena Allah telah mempererat kebersamaan mereka dalam satu momen yang tak mungkin mereka lupakan di tanah suci ini.
“Kalau di rumah jarang sekali beraktivitas bareng. Sekarang di sini setiap waktu kita selalu bareng-bareng. Kita kemana-mana berdua, ibadah, makan, belanja, jalan-jalan, bahkan sekadar ngobrol di lobi hotel. Kehidupan rumah tangga itu sangat terasa di sini,” kata Dadik.
“Kalau di rumah jarang pulang bapaknya,” kata Rusmiati.
Kebersamaan juga ia rasakan ketika ibadah, seperti tawaf, sai, hingga perjalanan Muzdalifah ke Mina.
Bagi Dadik, kebersamaan dengan istri dalam beribadah adalah kenangan yang tidak terlupakan. Apalagi saat puncak Armuzna, Dadik dan Rusmiati menempuh perjalanan jauh dari Muzdalifah ke Mina. Namun perjalanan itu mereka nikmati sebagai sebuah perjalanan untuk kebersamaan. “Apa yang kita jalani di Makkah ini, kita terima apa adanya dan dinikmati saja,” kata Dadik.
Dadik berharap, semoga kebersamaan selama di Tanah haram ini akan berlanjut di tanah air. “Pengennya nanti seperti ini kalau sudah sampai rumah,” katanya.
Bersyukur Terpanggil Haji
Dadik mengaku bersyukur bisa menjadi salah satu umat yang dipanggil ke Baitullah. “Kalau secara ekonomi banyak yang ngomong tidak mungkin saya bisa naik haji. Tapi kuasa Allah, saya bisa berangkat. Karena saya melihat orang yang banyak harta belum tentu terpanggil untuk berhaji. Saya bersyukur, menjadi orang yang dipilih Allah untuk berhaji,” kata Dadik.
Ia bercerita, ia didaftarkan oleh bos toko material bangunan, di mana ia bekerja, lantaran ia telah bekerja selama 30 tahun. “Dari kecil jiwa saya sudah ingin mandiri. Jasi usia SD saya sudah bantu-bantu toko bangunan sampai sudah berumah tangga. Karena melihat dedikasi saya bekerja, maka pemilik usaha material ini membiayai saya untuk berhaji,” kenangnya haru.
Akhirnya, Dadik mendaftar haji beserta istrinya pada tahun 2013. “Bersyukurnya, kami berangkat bersama-sama tiga saudara kami. Jadi kita 5 orang berangkat haji bareng, Alhamdulillah satu Kloter dan tinggal di satu hotel di Makkah,” kata Rusmiati.
Apresiasi Layanan dan Petugas Haji
Dadik mengaku haji ini adalah anugerah. Dari awal pemberangkatan, ia selalu diberikan kemudahan.
“Semuanya bagus. Transportasi tersedia setiap waktu, jadi kita mudah pergi ke Masjidil haram. Hotel dan makanan juga oke,” katanya.
Bagi Dadik, petugas sangat membantu. “Petugas sangat membantu kami. Kita orang tidak pernah keluar jauh. Tapi petugas selalu membantu kami memberi petunjuk kalau kami bingung cari jalan di Masjidil Haram,” katanya.
Dadik merasa segala kebutuhan jemaah selalu dicukupi, baik akomodasi, transportasi dan konsumsi hingga kesehatan. “Petugas siap siaga membantu kami,” imbuhnya.
Jaga Kemabruran Haji
Setelah berhaji, tak ada cita-cita yang disampaikan oleh pasutri yang telah dikarunia delapan cucu ini selain menjadi haji yang mabrur.
Kemabruran itu ingin diwujudkan dengan peningkatan kualitas ibadah dan kehidupan rumah tangga. “Saya pengen ibadah saya menjadi lebih baik di sisa usia kami,” pungkas Dadik.