Pasar smartphone di Amerika Serikat menunjukkan pertumbuhan yang melemah di kuartal kedua tahun ini, tumbuh hanya 1 persen, sementara peningkatan pasokan smartphone yang dibuat di India melonjak tajam, demikian dilaporkan oleh firma riset Canalys pada Senin.
Menurut analis Canalys, para produsen smartphone melakukan penyesuaian strategi dengan mengakumulasi stok perangkat untuk mengantisipasi dampak tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintah AS. Langkah ini dilakukan di tengah ketidakpastian dalam negosiasi rantai pasokan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang selama ini menjadi pusat produksi elektronik global.
Penyesuaian rantai pasokan ini terlihat jelas ketika pangsa kiriman smartphone yang dirakit di Tiongkok turun drastis, dari 61 persen pada kuartal kedua tahun 2024 menjadi hanya 25 persen pada periode yang sama tahun ini.
Sebaliknya, India berhasil mengambil alih pangsa pasar tersebut dengan volume smartphone buatan India meningkat sebesar 240 persen secara tahunan.
“India telah menjadi pusat manufaktur utama bagi smartphone yang dijual di pasar AS untuk pertama kalinya di kuartal kedua 2025, didorong oleh percepatan pergeseran rantai pasokan, terutama oleh Apple yang sebelumnya mengalihkan produksi iPhone-nya ke India,” kata Sanyam Chaurasia, Principal Analyst di Canalys, seperti yang juga dilansir dari Reuters.
Perubahan strategi ini merupakan respons langsung atas kebijakan tarif yang diberlakukan AS terhadap barang elektronik impor dari Tiongkok. Kebijakan tersebut mendorong produsen global untuk mencari alternatif lokasi produksi dengan biaya yang lebih rendah guna menjaga margin keuntungan.
Meski demikian, penumpukan inventaris oleh vendor menunjukkan adanya sinyal permintaan konsumen yang lesu di tengah kondisi ekonomi yang penuh tekanan, mengindikasikan adanya kesenjangan antara penjualan dalam (sell-in) dan penjualan ke pasar (sell-through).
Runar Bjorhovde, Senior Analyst di Canalys, menambahkan bahwa pertumbuhan pasar yang hanya mencapai 1 persen, meskipun ada upaya untuk menekan stok, mengindikasikan adanya penurunan permintaan yang cukup signifikan.
Di sisi lain, tren produksi dan distribusi juga menunjukkan pergeseran dalam portofolio penjualan para pemain besar. Pengiriman iPhone sempat mengalami penurunan sebesar 11 persen, sementara Samsung mencatatkan pertumbuhan positif hingga 38 persen pada periode yang sama.
Langkah strategis perpindahan produksi ke India bukanlah tanpa tantangan. Sebelumnya, upaya Apple untuk memproduksi sebagian besar iPhonenya di India mendapatkan kritik tajam, termasuk dari Presiden AS yang mengancam pemberian tarif tambahan jika perusahaan tersebut tidak mempertimbangkan untuk memproduksi lebih banyak perangkat di dalam negeri.
Situasi ini menegaskan dinamika pasar smartphone global yang semakin kompleks, di mana kebijakan perdagangan antarnegara dan pergeseran dalam rantai pasokan mempengaruhi strategi produsen dalam merespons fluktuasi permintaan konsumen di pasar utama seperti Amerika Serikat.
Dengan pertumbuhan yang lambat di pasar AS dan pergeseran lokasi produksi ke India, persaingan global di industri smartphone tampaknya semakin ketat, sementara para produsen terus berusaha menyeimbangkan antara inovasi, efisiensi biaya, dan kepatuhan terhadap kebijakan perdagangan internasional.