Hanya berselang satu hari setelah Elon Musk mengumumkan lewat cuitan di X bahwa ia tengah merintis partai politik baru di Amerika Serikat, gelombang respons langsung mengalir dari kalangan publik figur kaya dan berpengaruh. Musk menyebut “Partai Amerika” sebagai alternatif untuk “kemerdekaan dari sistem dua partai” yang selama ini menguasai lanskap politik Negeri Paman Sam.
Klaim pendirian partai baru itu memupuk antisipasi sekaligus skeptisisme, karena meski bersuara lantang, pendirian partai butuh landasan hukum dan dukungan massa yang tidak mudah diraih.
Dilansir dari Engadget, Senin Miliarder Mark Cuban, yang dikenal sebagai pemilik tim basket Dallas Mavericks, langsung menimpali pengumuman Musk dengan serangkaian emoji meriah. Cuban menyatakan bahwa ia tengah berkolaborasi dengan Center for Competitive Democracy, sebuah lembaga yang fokus pada perluasan partisipasi politik di AS, dan siap membantu proses pendaftaran Partai Amerika agar muncul di surat suara pemilu.
Pernyataan Cuban mengindikasikan kesiapan segelintir tokoh bisnis untuk mendukung inisiatif Musk, sekaligus menyoroti pentingnya akses administratif dalam mendirikan partai baru.
Tidak kalah menarik, mantan bankir investasi dan direktur komunikasi Gedung Putih era Trump, Anthony Scaramucci, juga menyatakan minatnya. Lewat akun X, Scaramucci mengungkapkan keinginan untuk bertemu Musk dan mendiskusikan langkah konkret.
Karier Scaramucci yang sempat berlabuh di lingkaran kekuasaan pemerintahan Republik namun beralih mendukung Joe Biden–Kamala Harris pada Pilpres 2024 menambah bumbu politis. Langkahnya menguatkan sinyal bahwa ambang batas ideologi bisa tergeser demi peluang baru di panggung nasional.
Di sisi lain, Mark Cuban sendiri memiliki riwayat afiliasi dengan kalangan Demokrat. Ia sempat diisukan menjadi calon wakil presiden dari Kamala Harris sebelum akhirnya bergeser ke peran pendukung pasif.
Keterlibatan Cuban dan Scaramucci membuka diskursus tentang seberapa besar modal sosial dan ekonomi sanggup menopang eksistensi partai ketiga di Amerika Serikat, di mana peraturan pendaftaran yang ketat seringkali menjadi penghalang.
Ambisi Partai Amerika menurut Musk tidak main-main. Ia menargetkan perolehan dua hingga tiga kursi Senat dan delapan hingga sepuluh kursi DPR pada pemilu mendatang.
Jika terealisasi, pencapaian tersebut cukup untuk mematahkan dominasi Demokrat dan Republik dalam legislatif, sekaligus mendorong isu-isu baru masuk agenda nasional. Namun, skeptisisme masih membayangi mengingat belum ada bukti dokumen FEC yang menegaskan status resmi partai ini.
Pengajuan terbaru ke Komisi Pemilihan Umum Federal memang menampilkan nama Partai Amerika di antara beberapa entri namun nama seperti “American Meme Party,” “The Diddy Party,” dan “The DOGE Party” juga muncul, menimbulkan pertanyaan apakah sebagian berkas itu sekadar lelucon.
Proses legal formal menuntut Muslihat administratif, rentetan tanda tangan pendukung di tiap negara bagian, dan verifikasi internal yang memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
Sejarah panjang percobaan partai ketiga di AS mulai dari Reform Party milik Ross Perot hingga berbagai percobaan Libertarian memperlihatkan bahwa tanpa basis struktural dan dukungan akar rumput, gerakan alternatif sulit bertahan.
Musk memiliki kekuatan media dan dana yang melimpah, namun membangun infrastruktur politik memerlukan konsolidasi organisasi, mesin kampanye, serta relawan di seluruh penjuru negeri.
Di tengah segala hingar-bingar dan sorotan publik, langkah Elon Musk mendirikan Partai Amerika tetap menarik untuk diikuti. Apakah sekadar manuver strategis untuk menekan arus politik dua partai, atau benar-benar berubah menjadi kekuatan baru yang menggoyang Washington DC, semua bergantung pada kemampuan pendiri Tesla dan SpaceX ini mengubah cuitan menjadi struktur dan dukungan riil.
Sementara itu, dengan tawaran bantuan dari Mark Cuban dan Anthony Scaramucci, momentum untuk mematangkan Partai Amerika kian terbuka jika Musk mampu melewati labirin birokrasi dan skeptisisme yang menyertainya.