Palo Alto Networks baru saja merilis laporan eksklusif bertajuk State of Generative AI 2025 yang menyoroti ledakan trafik Generative AI (GenAI) sebesar 890 persen sepanjang tahun 2024, sebuah lonjakan dramatis yang didorong oleh cepatnya penetrasi penggunaan aplikasi AI generatif di lingkungan perusahaan, termasuk di kawasan Asia-Pasifik dan Jepang.
Seperti diketahui, pesatnya transformasi digital telah mengubah lanskap operasional bisnis, di mana perusahaan-perusahaan kini memanfaatkan GenAI untuk mengotomatisasi penulisan konten, coding, layanan pelanggan, hingga pencarian berbasis natural language.
Meski membawa efisiensi dan peningkatan produktivitas, penggunaan aplikasi GenAI yang belum diotorisasi, ancaman siber baru, serta kurangnya framework tata kelola menjadi tantangan kritis bagi organisasi di seluruh dunia.
Faktanya, rata-rata organisasi kini mengelola 66 aplikasi GenAI secara simultan, dan 10 persen di antaranya masuk dalam kategori berisiko tinggi terhadap kebocoran data dan serangan siber.
Asia-Pasifik menjadi wilayah dengan laju adopsi AI tercepat secara global. McKinsey mencatat bahwa sepanjang 2024, penetrasi GenAI meningkat hampir dua kali lipat hanya dalam hitungan bulan, dengan 65 persen organisasi telah menerapkannya di berbagai departemen.
Di Indonesia, Oliver Wyman melaporkan bahwa setengah dari pekerja profesional rutin menggunakan GenAI setiap minggu, dan sebanyak 21 persen bahkan menjadikannya bagian dari aktivitas harian mulai dari pembuatan konten digital, optimalisasi pelayanan pelanggan, hingga riset berbasis data.
Pemerintah Indonesia sendiri telah menetapkan target ambisius, dengan prediksi bahwa teknologi AI akan menyumbang sekitar US$ 366 miliar terhadap PDB nasional pada tahun 2030, menjadikannya sebagai salah satu sektor kunci dalam strategi Indonesia Emas 2045.
Dalam konteks nasional, publik menantikan peluncuran Peta Jalan AI Indonesia yang sedang disusun oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Rencana ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam membentuk regulasi yang etis, adaptif, dan mampu memastikan AI tumbuh secara inklusif serta aman di tengah geliat transformasi digital tanah air.
Framework ini diharapkan tidak hanya melindungi hak privasi warga, tetapi juga memperkuat kepercayaan publik dan mendorong pertumbuhan industri teknologi lokal yang berdaya saing global.
Tom Scully, Director & Principal Architect for Government and Critical Industries Asia Pacific & Japan di Palo Alto Networks, menyoroti bahwa pemanfaatan AI di sektor infrastruktur kritis dan pemerintahan dapat membuka celah keamanan baru yang sangat kompleks.
“Keberadaan Shadow AI atau penggunaan aplikasi GenAI secara ilegal telah memperluas attack surface organisasi secara masif, memunculkan ancaman terhadap data sensitif, kontrol akses, dan bahkan integritas operasional perusahaan. Maka itu, urgensi pengawasan proaktif dan arsitektur keamanan adaptif yang mampu mengantisipasi ancaman siber modern harus semakin canggih dan dinamis,” jelasnya.
Laporan ini mengungkap wawasan mendalam yang diperoleh dari analisis lalu lintas GenAI pada 7.051 organisasi global sepanjang tahun 2024. Salah satu temuan menarik menunjukkan bahwa di Indonesia, aplikasi produktivitas seperti Grammarly menempati posisi puncak penggunaan, diikuti oleh Microsoft 365 Copilot dan Microsoft Power Apps. Ketiganya mencerminkan tren adopsi GenAI yang semakin menyatu dalam workflow perusahaan.
Setelah peluncuran DeepSeek-R1 pada Januari 2025, trafik aplikasi tersebut melonjak hingga 1.800 persen hanya dalam dua bulan, memperlihatkan antusiasme pasar terhadap teknologi AI generatif. Namun, lonjakan adopsi ini juga diiringi dengan meningkatnya insiden data loss prevention (DLP), yang kini mencakup 14 persen dari keseluruhan insiden keamanan data di perusahaan.
Potensi kebocoran data melalui aplikasi AI menjadi perhatian utama, terutama saat organisasi masih belum memiliki sistem pengawasan yang menyeluruh. Sektor teknologi dan manufaktur turut berkontribusi besar, dengan 39 persen transaksi coding AI berasal dari industri-industri yang sangat bergantung pada kekayaan intelektual dan rahasia dagang.
Sementara itu, Country Manager Palo Alto Networks untuk Indonesia, Adi Rusli, mendorong kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan tata kelola AI yang kuat, transparan, dan akuntabel.
“Hanya dengan pendekatan keamanan siber yang proaktif, organisasi bisa menghindari ancaman seperti kebocoran data pribadi, pelanggaran privasi, dan serangan berbasis AI yang bersifat agentik,” kata Rusli.
Dengan penerapan strategi Zero Trust, pengawasan komprehensif, serta kontrol akses berbasis user behavior, perusahaan dapat tetap menjaga keamanan sekaligus mengoptimalkan potensi inovasi dari GenAI.