Di tengah meningkatnya kompleksitas ancaman digital global, konsep Cyber Immunity mulai mendapat tempat di hati para profesional keamanan siber.
Dalam ajang GITEX Asia 2025 di Singapura, Kaspersky mengungkap hasil studi terbarunya yang menunjukkan bahwa 73% profesional keamanan siber percaya bahwa Cyber Immunity adalah strategi efektif untuk membatasi kemampuan peretas dalam menembus sistem dan jaringan digital.
Penelitian ini dilakukan untuk memahami bagaimana organisasi di berbagai wilayah dunia termasuk Asia Pasifik, Timur Tengah, Turki, Afrika, Eropa, Amerika, dan Rusia mempersiapkan diri menghadapi lanskap ancaman siber yang kian tidak terprediksi. Total ada 850 responden profesional keamanan siber yang terlibat dalam studi ini.
Apa Itu Cyber Immunity?
Kaspersky mendefinisikan Cyber Immunity sebagai sistem TI dan OT yang aman sejak tahap perancangan (secure by design). Artinya, sistem tersebut dibangun dengan pendekatan arsitektural khusus yang membuatnya memiliki ketahanan bawaan terhadap serangan siber.
Berbeda dari pendekatan tradisional yang bergantung pada solusi keamanan tambahan seperti antivirus atau firewall, sistem dengan Cyber Immunity mampu meminimalkan risiko tanpa perlu banyak lapisan eksternal.
Menariknya, 85% responden telah memahami istilah ini secara tepat. Lebih lanjut, hampir tiga perempat dari mereka yakin bahwa Cyber Immunity dapat menjadi strategi utama dalam menahan serangan digital.
Ketika ditanya tentang manfaat spesifiknya, 30% responden mengatakan Cyber Immunity dapat mengurangi frekuensi serangan, sementara 35% menilai mampu meminimalkan dampak dari serangan tersebut. Sebanyak 34% lainnya percaya bahwa Cyber Immunity bisa melakukan keduanya secara bersamaan.
Dari Sistem Tertutup ke Platform Umum: Evolusi KasperskyOS
Sebagai bagian dari strategi Cyber Immunity, Kaspersky juga mengumumkan pengembangan sistem operasinya, KasperskyOS, yang awalnya dirancang untuk industri khusus seperti infrastruktur kritikal atau otomasi industri. Kini, platform tersebut dikembangkan lebih luas untuk menjadi fondasi sistem umum yang tahan terhadap ancaman siber.
Dengan pendekatan ini, Kaspersky berharap dapat membantu perusahaan mengembangkan sistem dan solusi langsung di atas platform yang sudah aman sejak awal, tanpa harus menambal kerentanan secara reaktif. Hal ini membawa pergeseran paradigma dari “menyelesaikan masalah setelah muncul” menjadi “mencegah sebelum terjadi.”
Menurut Dmitry Lukiyan, Head of KasperskyOS Business Unit, “Temuan ini menunjukkan adanya pergeseran penting: organisasi tidak lagi puas dengan alat reaktif. Mereka menginginkan sistem yang tahan terhadap serangan sejak tahap perancangan”.
“Dengan memperluas KasperskyOS menjadi platform yang dapat digunakan secara luas, kami membantu perusahaan membangun lingkungan digital yang tangguh dan siap menghadapi tantangan masa depan.”
Sekadar informasi, sebagai bagian dari partisipasinya di GITEX Asia, Kaspersky menjadi Cyber Immunity Partner resmi dan mengadakan Konferensi Cyber Immunity pada 24 April 2025.
Acara ini menghadirkan para pakar industri yang membahas konvergensi antara sistem IT dan OT, pendekatan Cyber Immunity, serta berbagai tren dan risiko baru dalam dunia keamanan siber tahun ini.
Peserta konferensi mendapatkan informasi eksklusif tentang ancaman terbaru, strategi mitigasi modern, dan bagaimana Cyber Immunity dapat menjadi pondasi utama dalam membangun ekosistem digital yang aman dan berkelanjutan.