OpenAI kembali menggebrak dunia kecerdasan buatan dengan merilis dua model penalaran AI terbuka yang diberi nama gpt-oss. Peluncuran ini dilakukan pada hari Selasa dan langsung menarik perhatian komunitas teknologi global.
Kedua model ini diklaim memiliki performa yang sebanding dengan seri GPT-O milik OpenAI, namun dengan satu perbedaan besar: keduanya tersedia secara gratis dan dapat diunduh langsung melalui platform pengembang Hugging Face.
Dikutip dari Techcrunch, Kamis (7/8/2025), dalam pengumumannya, OpenAI menyebut model ini sebagai “canggih” berdasarkan hasil uji pada berbagai tolok ukur yang digunakan untuk menilai kualitas model AI terbuka.
Model GPT-OSS hadir dalam dua varian: gpt-oss-120b, versi yang lebih besar dan bertenaga, dirancang untuk berjalan pada satu GPU Nvidia; serta gpt-oss-20b, versi ringan yang cukup efisien untuk dijalankan di laptop konsumen dengan RAM 16GB.
Dengan fleksibilitas ini, OpenAI tampaknya ingin menjangkau lebih banyak pengembang, dari kalangan profesional hingga pengguna rumahan yang ingin bereksperimen dengan teknologi AI mutakhir.
Peluncuran ini menjadi tonggak penting dalam sejarah OpenAI, menandai kembalinya perusahaan ke jalur pengembangan model terbuka setelah lebih dari lima tahun sejak dirilisnya GPT-2. Dalam sebuah pengarahan, OpenAI menjelaskan bahwa model GPT-OSS dapat mengirimkan kueri kompleks ke model AI berbasis cloud milik perusahaan.
Artinya, jika model terbuka ini tidak mampu menyelesaikan tugas tertentu seperti analisis gambar pengembang tetap bisa menghubungkannya ke model tertutup OpenAI yang lebih mumpuni. Ini membuka peluang integrasi yang lebih luas antara ekosistem AI terbuka dan tertutup.
Langkah ini juga mencerminkan perubahan arah strategis OpenAI. Meski awalnya dikenal sebagai pelopor AI terbuka, perusahaan ini belakangan lebih memilih pendekatan sumber tertutup demi membangun bisnis yang berkelanjutan melalui penjualan akses API.
Namun, pernyataan CEO Sam Altman pada Januari lalu menunjukkan refleksi mendalam: ia mengakui bahwa OpenAI mungkin telah “berada di sisi sejarah yang salah” dalam hal keterbukaan teknologi. Pernyataan ini menjadi sinyal kuat bahwa OpenAI kini ingin kembali ke akar misinya membuat AGI yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia.
Tekanan dari laboratorium AI Tiongkok seperti DeepSeek, Qwen milik Alibaba, dan Moonshot AI juga menjadi faktor pendorong. Ketiganya telah meluncurkan model AI terbuka yang sangat kompetitif dan populer secara global, menggeser dominasi Meta dengan model Llama-nya yang mulai tertinggal.
Di sisi lain, pemerintahan Trump pada bulan Juli turut mendorong pengembang AI di AS untuk membuka lebih banyak teknologi demi memperkuat adopsi AI global yang sejalan dengan nilai-nilai demokrasi Amerika.
Dengan peluncuran GPT-OSS, OpenAI tampaknya ingin menjawab tantangan tersebut sekaligus menarik perhatian para pengembang dan pembuat kebijakan.
“Kami sangat antusias bahwa dunia dapat membangun tumpukan AI terbuka yang dibuat di Amerika Serikat, berdasarkan nilai-nilai demokrasi, tersedia gratis untuk semua orang dan untuk manfaat yang luas,” kata Altman.
Langkah ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang arah masa depan AI global—antara keterbukaan, kolaborasi, dan nilai-nilai yang mendasari inovasi. GPT-OSS bukan sekadar model baru, melainkan simbol dari perubahan paradigma yang bisa menentukan bagaimana kecerdasan buatan berkembang dan dimanfaatkan secara adil di seluruh dunia.