Di bawah bimbingan coach Patrick Kluivert dan strategi cerdas memadukan pemain lokal dan pemain naturalisasi, Timnas Indonesia membuka lebar pintu sejarah untuk lolos ke Piala Dunia.
Dari posisi sebagai “raksasa yang sedang tidur” di kawasan Asia Tenggara, Indonesia telah mengalami transformasi yang spektakuler. Melewati babak kualifikasi ketiga, dan secara resmi meraih tiket ke babak kualifikasi keempat Piala Dunia 2026 di Asia – sebuah tonggak sejarah yang belum pernah terjadi sebelumnya – tim dari nusantara bukan lagi sekadar fenomena yang lewat, tetapi telah menjadi tim yang benar-benar tangguh. Dengan fondasi itu, impian untuk menyelenggarakan Piala Dunia pertama dalam sejarah semakin dekat dari sebelumnya.
Dalam gambaran yang cerah itu, peran pelatih kepala Patrick Kluivert – legenda sepak bola Belanda – tidak dapat disangkal. Baru saja mengambil alih, Kluivert dengan cepat menegaskan jejak taktis dan visi strategisnya. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia menunjukkan gaya permainan yang modern, disiplin, dan mendalam, siap mengambil peran sebagai penantang di panggung kontinental.
Kemenangan 1-0 Indonesia atas China pada, Kamis 5 Juni 2025, tidak hanya mengubah sejarah, tetapi juga secara simbolis bangkit dari keraguan diri selama puluhan tahun. Tidak lagi menjadi kekuatan regional, Indonesia kini menunjukkan bahwa mereka dapat bersaing di tingkat Asia – sesuatu yang dulu dianggap sebagai mimpi yang jauh.
Bojan Hodak, pelatih yang baru saja menjuarai Liga 1 bersama Persib Bandung, juga menyatakan optimismenya terhadap masa depan sepak bola di Indonesia.
“Indonesia hanya perlu menjaga stabilitas,” komentar ahli strategi asal Kroasia itu.
“Melewati setiap babak memang selalu sulit, apalagi dengan skuad yang ada saat ini. Namun, jika kita terus mempertahankan arah yang ada saat ini, Indonesia bisa sepenuhnya berpartisipasi di Piala Dunia dalam beberapa tahun ke depan.”
Kemajuan ini bukan datang begitu saja. Itu adalah hasil dari proses rekonstruksi yang panjang – dari sistem pemain muda, reformasi liga domestik, hingga kebijakan naturalisasi pemain yang dilaksanakan secara metodis dan strategis.
Belakangan ini, Indonesia makin gencar menggunakan pemain-pemain naturalisasi… Nama-nama seperti Rafael Struick, Ivar Jenner, Jay Idzes, Justin Hubner, tidak hanya punya dasar teknik dan taktik yang solid, tetapi juga punya semangat juang yang membara, ingin menegaskan diri dalam balutan seragam merah putih. Merekalah yang menciptakan tampilan baru bagi tim Indonesia, modern, berani, dan terorganisasi dengan baik.
Patrick Kluivert, dengan visinya tentang Eropa, juga dengan cepat memanfaatkan sumber daya ini sebaik-baiknya. Ia tak ragu memadukan pemain naturalisasi dengan pemain lokal potensial seperti Marselino Ferdinan, Pratama Arhan, atau Rizky Ridho – sehingga menciptakan tim yang kaya akan pemain muda dan berpengalaman dalam kompetisi tingkat atas.
Namun, menurut Bojan Hodak, Indonesia masih perlu menyelesaikan masalah “nomor 9”, yang tidak hanya dihadapi Indonesia, tetapi juga seluruh dunia sepak bola.
“Penyerang yang baik selalu menjadi sumber daya yang langka dan mahal,” ungkap Hodak.
“Indonesia tidak bisa membeli penyerang asing untuk bermain di tim nasional. Mereka hanya bisa menggunakan pemain berkebangsaan atau berdarah Indonesia. Jika tidak ada yang cocok untuk posisi itu, Anda hanya bisa mengandalkan keberuntungan, yakni memiliki penyerang berdarah Indonesia dan memiliki kemampuan mencetak gol di level internasional.”
Ini adalah kelemahan mendasar yang harus diatasi oleh tim Indonesia jika ingin bermimpi lebih jauh. Pemain naturalisasi telah memecahkan banyak masalah dalam pertahanan, organisasi lini tengah, dan pemikiran taktis, tetapi kemampuan untuk menyelesaikan pertandingan – yang membedakan tim kuat dari tim papan atas – masih membutuhkan solusi jangka panjang.
Selain timnas, Hodak juga menegaskan peran penting Liga 1 sebagai ajang unjuk gigi para pemain Indonesia.
“Setiap klub diperbolehkan menggunakan 6-8 pemain asing, sehingga tekanan persaingan semakin kuat. Pemain lokal dipaksa untuk meningkatkan kemampuan jika ingin mempertahankan posisinya. Hal ini membantu meningkatkan kualitas turnamen, yang secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas timnas,” ungkap Hodak.
Kenyataan membuktikannya. Berkat peningkatan signifikan di liga, semakin banyak pemain Indonesia yang mampu bermain dengan kecepatan tinggi dan tingkat fisik yang tinggi, tidak lagi berada dalam posisi yang kurang menguntungkan saat menghadapi lawan-lawan papan atas di benua ini.
Tempat di babak kualifikasi keempat bukan hanya prestasi bersejarah – tetapi juga penegasan kuat bahwa Indonesia telah membuat kemajuan luar biasa – sebagian besar berkat para pemain naturalisasi.
Masih banyak tantangan di depan, tetapi jika mereka terus menjaga semangat, menjaga stabilitas, dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan baik, impian Piala Dunia – sesuatu yang pernah dianggap sebagai fantasi oleh para pemain dan penggemar Indonesia selama beberapa generasi – dapat sepenuhnya menjadi kenyataan pada tahun 2026.
“Kesempatan tidak datang dua kali. Dan kini, Indonesia semakin dekat dengan kesempatan terbesar dalam sejarah sepak bola mereka,” pungkas Bojan Hodak.