Microsoft, salah satu raksasa teknologi global dengan portofolio game yang luas, sedang mengalami gejolak internal yang cukup mengguncang. Pada awal bulan ini, perusahaan mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran di sejumlah divisi game yang berdampak langsung pada para karyawan kreatif dan teknis.
Langkah ini menimbulkan kekhawatiran dan rasa frustrasi di kalangan staf terutama mereka yang sebelumnya membantu membangun fondasi kecerdasan buatan yang kini mengambil alih pekerjaan mereka.
Dikutip dari Engadget, Kamis (17/7/2025), salah satu titik yang paling terdampak berada di King, pengembang di balik kesuksesan Candy Crush dan Farm Heroes Saga.
Menurut sejumlah sumber anonim yang dikutip oleh MobileGamer.biz, beberapa karyawan yang bekerja di bidang naratif, UX, desain level, dan riset pengguna telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk melatih model AI agar mampu menyelesaikan tugas-tugas mereka secara efisien.
Ironisnya, kini mereka menghadapi kenyataan pahit yang mana peran mereka perlahan mulai digantikan oleh sistem yang mereka bantu bangun sendiri. Situasi ini semakin diperparah dengan kabar bahwa tim copywriting di studio King London akan mengalami pengurangan signifikan bahkan diperkirakan hingga separuh tim akan diberhentikan.
Ketidakpuasan pun mencuat ke permukaan, dengan salah satu sumber internal menyebut bahwa meskipun perusahaan berjalan baik secara finansial, efisiensi dan profitabilitas tetap menjadi alasan utama untuk mengganti tenaga manusia dengan perangkat AI.
Dalam komentarnya, sumber tersebut menyatakan bahwa menggantikan para pengembang dengan AI adalah langkah yang “menjijikkan,” terutama ketika mereka justru menjadi aset penting dalam pengembangan produk.
Kritik terhadap manajemen pun tak terhindarkan, dengan seruan agar perusahaan lebih memprioritaskan kontribusi langsung para staf daripada sekadar memperluas kepemimpinan.
Gelombang PHK ini diperkirakan memengaruhi lebih dari 200 orang di berbagai lini game Microsoft, angka yang sebelumnya telah dilaporkan oleh Bloomberg dalam liputan tentang restrukturisasi besar-besaran. Selain King, studio ternama lain seperti Halo Studios juga mengalami imbas langsung dari keputusan ini.
Dalam wawancara dengan Jessica Conditt dari Engadget, seorang pengembang di Halo Studios mengungkapkan kekecewaannya yang mendalam. Ia menyebut bahwa dirinya dan rekan-rekannya merasa “sangat kesal” setelah menerima pemberitahuan pemutusan kerja yang ironisnya datang tak lama setelah email dari eksekutif Microsoft Gaming, Phil Spencer, merayakan keberhasilan finansial Xbox.
Ketegangan pun meningkat ketika muncul kabar bahwa perusahaan semakin agresif dalam mendorong penggunaan Copilot dan agen AI lainnya, yang disebut-sebut sebagai pengganti dari peran manusia secara luas.
Fenomena ini menandai babak baru dalam industri game global sebuah fase transisi yang mengusik batas antara inovasi dan etika. Ketika teknologi terus bergerak maju, muncul pertanyaan penting: sejauh mana AI boleh menggantikan kreativitas, intuisi, dan sentuhan manusia yang selama ini menjadi jantung dari pengembangan game?