Dalam era yang semakin bergantung pada teknologi, isu privasi kembali mencuat sebagai dampak berantai dari kebijakan dan tren baru yang muncul pasca era “Trump 2.0.” Baru-baru ini, The Information melaporkan bahwa Meta telah mengubah pandangannya mengenai teknologi pengenalan wajah.
Dulu, teknologi tersebut sempat dipertimbangkan namun akhirnya dibatalkan untuk versi awal kacamata pintarnya. Kini, perusahaan raksasa teknologi itu secara aktif mengerjakan fitur pengenalan wajah pada perangkat yang dapat dikenakan, meskipun kontroversi mengenai privasi tetap muncul.
Inovasi Baru di Kacamata Pintar Meta
Menurut laporan The Information dan dikutip dari Engadget, Kamis (8/5/2025), Meta sedang mengembangkan perangkat lunak untuk kacamata pintarnya yang memungkinkan perangkat memindai dan mengidentifikasi wajah orang di sekitarnya dengan menampilkan nama.
Rencana tersebut bahkan dipertimbangkan untuk diintegrasikan ke earphone bertenaga AI masa depan yang memiliki kamera internal. Fitur canggih ini, yang dijuluki secara internal sebagai “penginderaan super,” akan memanfaatkan AI langsung dari perangkat tersebut.
Meskipun fitur AI ini hanya beroperasi selama kurang lebih setengah jam karena keterbatasan baterai pada model saat ini, versi perangkat mendatang yang diharapkan hadir pada 2026 diprediksi mampu menjalankan fungsinya selama beberapa jam.
Namun, mode super-sensing ini tidak akan aktif secara default; pengguna harus memilih untuk mengaktifkannya, sementara orang-orang yang wajahnya terdeteksi tidak memiliki kontrol atas proses pengenalan tersebut.
Tantangan Privasi dan Indikator Publik
Kekhawatiran utama muncul dari kenyataan bahwa orang di sekitar pemakai kacamata pintar mungkin tidak mengetahui bahwa wajah mereka sedang dipindai. Untuk melindungi aspek privasi, kacamata Ray-Ban Meta saat ini telah dilengkapi dengan lampu indikator yang menyala saat proses perekaman berlangsung. Fitur ini merupakan respons terhadap kritik yang pernah muncul saat peluncuran Google Glass, di mana publik menentang praktik yang dianggap kontroversial.
Di sisi lain, Meta masih mempertimbangkan apakah perangkat masa depan wajib mengaktifkan lampu indikator tersebut setiap kali fitur pengenalan wajah aktif. Kebijakan ini menjadi titik perdebatan baru, karena meskipun teknologi semacam ini menawarkan keunggulan dalam mengingat segala informasi secara real time, hal tersebut juga menimbulkan kekhawatiran serius mengenai pelanggaran privasi bagi orang-orang di sekitar pengguna.
Pembaruan Kebijakan Privasi Meta
Seiring dengan pengembangan teknologi pengenalan wajah, Meta juga telah memperbarui kebijakan privasinya. Pada bulan April, perusahaan mengubah ketentuan agar kacamata pintarnya mengaktifkan AI secara otomatis dengan frasa pemicu “Hai Meta!”.
Untuk saat ini, satu-satunya cara bagi pemilik perangkat untuk menonaktifkan AI adalah dengan mematikan pemicu tersebut, sehingga mereka tidak memiliki opsi untuk memilih agar rekaman suara mereka tidak disimpan atau digunakan untuk pelatihan model AI.
Perubahan kebijakan ini menambah daftar kekhawatiran etika dan privasi, terutama ketika teknologi canggih mulai diaplikasikan secara luas tanpa persetujuan penuh dari orang-orang yang terekam.
Kaitan dengan Tren Regulasi dan Kritik Publik
Laporan The Information menarik garis paralel antara perubahan strategi Meta dengan dinamika politik pasca pemilihan ulang Trump, yang diyakini turut mempengaruhi kebijakan privasi dan regulasi di industri teknologi. Dalam konteks ini, Komisi Perdagangan Federal (FTC) belum menunjukkan minat untuk menerapkan regulasi yang bisa memperlambat keuntungan bisnis raksasa teknologi.
Komisaris FTC Melissa Holyoak bahkan menegaskan bahwa pendekatan penegakan privasi harus fleksibel dan berbasis risiko, sembari menghindari label kontroversial seperti “iklan pengawasan.”
Implikasi Teknologi dan Masa Depan Privasi
Dengan semakin canggihnya fitur pengenalan wajah dan integrasi AI dalam perangkat yang dapat dikenakan, persaingan antara inovasi dan perlindungan privasi semakin intens. Inovasi seperti yang dikembangkan Meta dapat memberikan kemudahan seperti memori super AI yang secara otomatis menyimpan data lingkungan.
Namun di sisi lain, hal ini juga membuka pintu bagi potensi pelanggaran privasi apabila tidak diimbangi dengan kebijakan yang transparan.
Kebijakan baru Meta dan fitur-fitur yang tengah dikembangkan mencerminkan betapa pentingnya keseimbangan antara kemajuan teknologi dan kebutuhan untuk menjaga privasi. Pengguna dan pihak terkait perlu terus mengawasi perkembangan ini untuk memastikan bahwa inovasi tidak mengorbankan hak asasi pribadi.