Meta tampaknya tidak lagi bermain aman dalam persaingan kecerdasan buatan. Di tengah gempuran inovasi dari para raksasa teknologi, perusahaan yang menaungi Facebook, Instagram, dan WhatsApp ini mulai menunjukkan ambisi yang lebih agresif.
Menurut laporan eksklusif dari The Information yang dikutip Mashable Indonesia dari Techcrunch, Senin (1/9/2025), Meta kini mempertimbangkan untuk menggunakan model AI milik pesaingnya termasuk Google Gemini dan OpenAI guna memperkuat fitur-fitur AI di dalam ekosistem aplikasinya.
Langkah ini menandai pergeseran strategi yang cukup signifikan, dari membangun semuanya secara mandiri menjadi terbuka terhadap kolaborasi lintas perusahaan.
Salah satu fokus utama Meta adalah chatbot Meta AI, yang dirancang untuk menjawab pertanyaan pencarian pengguna dengan solusi berbasis teks dan percakapan.
Integrasi Google Gemini ke dalam sistem ini disebut-sebut sebagai opsi yang sedang dipertimbangkan oleh tim di Superintelligence Lab, divisi internal Meta yang bertanggung jawab atas pengembangan teknologi AI tingkat lanjut.
Jika langkah ini benar-benar diambil, maka Meta akan menjadi salah satu perusahaan besar pertama yang secara terbuka menggabungkan model AI dari kompetitor ke dalam produk konsumen mereka.
Namun, Google bukan satu-satunya nama besar yang masuk dalam radar Meta. Laporan yang sama juga menyebutkan bahwa Meta telah berdiskusi mengenai kemungkinan penggunaan model dari OpenAI perusahaan di balik ChatGPT untuk mendukung performa Meta AI.
Dalam pernyataan resminya, juru bicara Meta menegaskan bahwa mereka mengadopsi “pendekatan menyeluruh” dalam membangun produk AI terbaik.
Pendekatan ini mencakup kemitraan strategis dengan perusahaan lain, sekaligus pengembangan model internal seperti Llama, yang saat ini masih dalam tahap peningkatan agar mampu bersaing di pasar yang semakin kompetitif.
Menariknya, Meta sudah mulai menguji penggunaan model dari Anthropic, perusahaan AI yang dikenal dengan pendekatan etis dan aman dalam pengembangan teknologi.
Model dari Anthropic saat ini digunakan untuk mendukung asisten pengkodean internal Meta, menunjukkan bahwa perusahaan ini tidak hanya fokus pada produk konsumen, tetapi juga pada efisiensi kerja di balik layar. Ini menjadi bukti bahwa Meta tengah membangun fondasi AI yang menyeluruh, dari sisi teknis hingga operasional.
Di balik semua langkah ini, Meta juga menjalankan strategi rekrutmen yang agresif. Perusahaan dilaporkan menawarkan paket kompensasi yang sangat menarik untuk menarik peneliti AI dari Google dan OpenAI agar bergabung dengan Superintelligence Lab.
Dengan menggabungkan talenta terbaik dan teknologi terdepan, Meta tampaknya ingin mempercepat lompatan inovasi dan merebut posisi dominan dalam lanskap AI global.
Transformasi Meta dari perusahaan media sosial menjadi pemain utama dalam industri kecerdasan buatan bukan lagi sekadar wacana.
Dengan strategi yang mencakup kolaborasi lintas perusahaan, pengembangan internal, dan perekrutan elite AI, Meta menunjukkan bahwa masa depan teknologi bukan hanya soal siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling adaptif.
Dunia AI sedang berubah, dan Meta jelas tidak ingin tertinggal dalam perlombaan ini.