Menteri Agama Nasaruddin Umar
Jakarta (Kemenag) — Menteri Agama Nasaruddin Umar membagikan 300 bibit pohon buah dalam kegiatan Car Free Day (CFD) Syiar Muharam 1447 H yang digelar Kementerian Agama di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (22/6/2025). Aksi ini menjadi simbol pembuka dari rangkaian Peaceful Muharam 1447 H bertema “Damai Bersama Manusia dan Alam”.
Bibit pohon yang dibagikan terdiri atas 100 bibit Lemon, 100 bibit Jambu Kamaika, 50 bibit Sawo Duren, dan 50 bibit alAlkesa. Penyerahan dilakukan secara simbolis oleh Menteri Agama kepada perwakilan peserta dari Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI), didampingi oleh Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi’i, Sekretaris Jenderal Kemenag Kamaruddin Amin, dan Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad.
“Di depan kita ada bibit pohon, inilah yang akan menghijaukan Indonesia. Menghijaukan artinya menyegarkan, bukan layu dan kuning,” ujar Menag Nasaruddin saat melepas peserta CFD dari halaman Kantor Kemenag.
Menurut Menag, isu lingkungan saat ini menjadi agenda nasional yang harus melibatkan seluruh sektor, termasuk bidang keagamaan. Gerakan penghijauan melalui CFD ini menunjukkan komitmen Kementerian Agama terhadap gerakan hijau berbasis nilai.
Ia menjelaskan bahwa Kementerian Agama saat ini tengah mencanangkan penguatan ekoteologi sebagai salah satu dari delapan program prioritas atau Asta Prioritas. Program ini dinilai strategis di tengah meningkatnya ancaman krisis iklim global.
“Indonesia harus terdepan dalam pelestarian lingkungan dan itu harus berangkat dari pemahaman serta kesadaran keagamaan akan pentingnya merawat bumi,” jelas Menag.
Menag menambahkan bahwa semua agama memiliki ajaran kuat mengenai pelestarian lingkungan. “Di Islam ada konsep khilafah yang harus dipahami manusia sebagai pelestari alam raya. Ada ajaran Tri Hita Karana dalam Hindu, Laudato Si’dalam Katolik, dan banyak nilai sejenis dalam ajaran agama lain,” paparnya.
Dalam kesempatan itu, Menag juga menyampaikan rencana penilaian gedung-gedung Kemenag, pesantren, dan masjid yang paling cantik, bersih, dan hijau dalam rangka Hari Amal Bhakti Kemenag mendatang. Inisiatif ini menjadi bagian dari implementasi nyata gerakan ekoteologi.
“Nanti kita akan menunjukkan, gedung Kemenag mana yang paling cantik, paling hijau, paling indah. Pesantrennya mana yang paling cantik dan paling indah,” jelasnya.
Kegiatan CFD diikuti sekitar 1.500 peserta dari berbagai unsur: penyuluh agama, majelis taklim, madrasah, Kantor Urusan Agama (KUA), Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT), ASN Kemenag, serta masyarakat umum. Para peserta berjalan santai dari titik kumpul di Kantor Kemenag menuju Bundaran HI.
Selain pesan lingkungan, Menag juga menyampaikan makna hijrah sebagai tonggak peradaban inklusif. Ia menegaskan bahwa peringatan Tahun Baru Islam tidak hanya milik umat Islam, tetapi mencerminkan nilai kebebasan, keadilan, dan persaudaraan.
“Kenapa bukan kelahiran Nabi Muhammad yang dijadikan awal penanggalan Islam? Kenapa bukan turunnya Al-Qur’an atau Isra Mi’raj? Semua peristiwa itu luar biasa, tapi hanya berlaku khusus bagi umat Islam. Sedangkan hijrah dijadikan tonggak, karena memiliki nilai yang lebih universal,” jelasnya.
Direktur Jenderal Bimas Islam Abu Rokhmad menyebut kegiatan ini merupakan bagian dari dakwah sosial yang membumi dan terbuka bagi semua lapisan masyarakat.
“Kami ingin dakwah Islam hadir secara terbuka, ramah, dan relevan dengan perkembangan zaman. Melalui Peaceful Muharam, masyarakat diajak menebar cinta, kerukunan, dan kepedulian lingkungan,” pungkasnya.
Rangkaian Peaceful Muharam 1447 H akan berlanjut selama tiga pekan ke depan, mencakup kegiatan seperti Ngaji Budaya Tradisi Muharam Nusantara, Kick Off 1.000 Masjid Inklusif Ramah Difabel dan Lansia, Nikah Massal 100 Pasangan, Seminar Ekoteologi, Lebaran Yatim dan Difabel, hingga Gerakan Sadar Pencatatan Nikah (Gas Nikah).