Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi), Meutya Hafid, menegaskan bahwa pengembangan kecerdasan buatan (AI) di Indonesia harus berlandaskan pada kebermanfaatan publik, bukan sekadar mengejar kemajuan teknologi terkini.
Dalam peluncuran model bahasa lokal Sahabat AI 70B yang dikembangkan oleh GoTo dan Indosat Ooredoo Hutchison, di Jakarta Pusat, beliau menekankan pentingnya AI dalam mendekatkan pelayanan publik, meningkatkan responsivitas kebijakan, serta membuka peluang lebih besar bagi masyarakat untuk tumbuh dan berkembang.
“AI harus membuat pelayanan publik lebih dekat, membuat kebijakan yang lebih responsif, dan membuka lebih banyak pintu bagi masyarakat untuk tumbuh,” jelasnya.
Hal ini menggarisbawahi bahwa penerapan teknologi AI di Indonesia harus mampu merefleksikan karakter bangsa dengan menanamkan nilai-nilai kearifan lokal, bukan sekadar meniru model dari luar.
Sahabat AI 70B, yang diluncurkan dengan 70 miliar parameter, merupakan terobosan baru berbasiskan open source yang mengedepankan konteks keindonesiaan. Inisiatif ini sekaligus menjadi momentum bagi pemerintah untuk menegaskan arah kebijakan digital nasional yang berakar pada nilai-nilai Pancasila dan semangat gotong royong.
“Semangat sumber terbuka itu pada dasarnya sangat relevan dengan gotong royong. Kekuatan tidak terletak pada siapa yang paling cepat, tetapi pada siapa yang paling peduli,” tegasnya.
Meutya juga menegaskan bahwa teknologi yang kuat harus dibangun melalui nilai, akses, dan kolaborasi. AI Indonesia hendaknya mampu mencerminkan identitas bangsa, karena keberhasilan teknologi tidak hanya diukur dari kecepatan adopsinya, tetapi juga dari sejauh mana nilai kebersamaan dan kepedulian dapat terintegrasi di dalamnya.
“Semangat gotong royong telah hidup dalam berbagai istilah lokal, seperti sambatan di Jawa, ngayah di Bali, marsiadapari di Batak, hingga sabilulungan di Sunda suatu bukti nyata bahwa nilai kebersamaan merupakan fondasi digital Indonesia,” katanya lagi.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Komunikasi dan Digital mengumumkan bahwa pemerintah tengah menyusun Peta Jalan Kecerdasan Artifisial Nasional yang dijadwalkan rampung pada Juni 2025. Dokumen strategis ini diharapkan bisa menjadi pedoman utama bagi perkembangan AI di Indonesia yang inklusif, etis, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Lebih lanjut, Meutya mencatat bahwa investasi global dalam AI generatif telah melonjak drastis, dari 4 miliar dolar AS pada tahun 2021 menjadi 25 miliar dolar AS pada tahun 2025. Dalam konteks tersebut, Indonesia bertekad untuk tidak hanya menjadi pengguna, melainkan juga pencipta dan pengarah AI yang berakar dari kebutuhan rakyat.
“Dengan hadirnya Sahabat AI 70B melalui 70 miliar parameter, kita harapkan ini bisa menjadikan Indonesia sekelas dengan model-model global. Mari kita berikan aplaus untuk pencapaian ini,” ujarnya.
Melalui pendekatan yang mengedepankan kolaborasi, nilai gotong royong, dan inovasi berbasiskan open source, Indonesia semakin siap menghadapi tantangan global. Dengan memadukan kecanggihan teknologi dengan kearifan lokal, pengembangan AI di tanah air diharapkan tidak hanya meningkatkan kualitas pelayanan publik, tetapi juga memberdayakan masyarakat untuk maju dalam era digital yang semakin kompetitif.