Palangka Raya (Kemenag) — Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) adalah lembaga pendidikan binaan Ditjen Bimas Katolik Kementerian Agama. Ini merupakan satuan pendidikan keagamaan formal yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama Katolik dan/atau menjadi ahli ilmu agama Katolik dan mengamalkan ajaran agama Katolik.
Saat ini SMAK berjumlah 48 lembaga, tersebar di 13 Provinsi di Indonesia. SMAK memiliki peran penting khususnya dalam membentuk karakter dan spiritualitas generasi muda Katolik. SMAK terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat dan berkontribusi terhadap berbagai kebijakan nasional dan program prioritas Menteri Agama Nasaruddin Umar yang dituangkan dalam KMA Nomor 244 Tahun 2025 salah satunya terkait penguatan ekoteologi.
Salah satu SMAK yang telah menerapkan konsep ekoteologi adalah SMAK Santo Aloysius Palangka Raya. SMAK ini mengusung konsep sekolah alam sebagai perwujudan tanggung jawab untuk merawat bumi dan mencintai semesta. Hadirnya sekolah alam ini mula – mula terisnpirasi dari Ensiklik Paus Fransiskus tentang Laudato Si’, sebuah ensiklik yang merupakan dokumen Gereja Katolik yang bertujuan mengingatkan umat manusia untuk memelihara alam semesta, sebagai kelanjutan dari penugasan Allah kepada manusia untuk mengusai alam sesuai kehendakNya.
Ensiklik ini selaras dengan seruan Ekoteologi Menteri Agama serentak memiliki makna dalam dimensi pendidikan, dengan harapan agar melalui pendidikan, para murid memiliki kecintaan untuk merawat bumi sebagai rumah bersama. SMAK Santo Aloysius Palangka Raya menjawabi dua harapan besar baik ensiklik dan ekoteologi Kementerian Agama dengan ikut berpartisipasi dalam merawat kelangsungan hidup antara manusia dan alam semesta melalui konsep Sekolah Alam.
Konsep sekolah alam di SMAK Santo Aloysius Palangka Raya dipadukan dalam mata palajaran Kewirausahaan. Para murid diajak dan dilatih untuk menanam aneka jenis tanaman dan tumbuhan, baik tumbuhan yang berbuah maupun tumbuhan pelindung. Saat ini Kompleks SMAK Santo Aloysius Palangka Raya menjadi laboratorium bagi banyak Lembaga untuk melakukan studi, antara lain Dinas Kehutanan ProVinsi Kalimantan Tengah pernah mengadakan kegiatan penanaman 100 pohon, OFI ( Orangutan Foundation International) pernah membuat seminar dan kegiatan di SMAK Santo Aloysius Palangka Raya.
Konsep Ruang Kelas Terbuka
Ruang kelas terbuka berbasis alam di SMAK Santo Aloysius Palangka Raya memperkuat nilai ini secara praktis. Alam menjadi sumber belajar yang relevan. Filosofis konsep ruang kelas terbuka berbahan dasar kayu produk asli hutan Kalimantan, hendak menekankan bahwa alam bisa berkontribusi pada kehidupan. Di samping itu konsep pendidikan yang menyatu dengan alam sekitar menjadikan para murid memiliki kecintaan pada alam dan aneka kehidupan lainnya. Dampaknya, para murid sangat relaks, tidak terkungkung dalam tembok-tembok ruang kelas yang kaku. Udara yang sejuk, lambaian pepohonan menciptakan romantisme dinamika pembelajaran yang menyenangkan. Setiap hari alam menyapa dengan anggunnya. Dengan demikian, ruang kelas terbuka bukan sekadar ruang fisik, ia adalah laboratorium ekoteologi: tempat di mana iman, ilmu, cinta terhadap ciptaan Tuhan, dan pelestarian lingkungan bertemu secara konkret dan inspiratif.
SMAK dan Kurikulum Holistik
Ketika pertama kali SMAK Santo Aloysius Palangka Raya mengembangkan sekolah alam, banyak yang mempertanyakan: apa keunggulan konsep “sekolah alam” ini dibanding sekolah lain? SMAK Santo Aloysius Palangka Raya menerapkan sebuah pembeda dengan sekolah lainnya yaitu mengembangkan kurikulum operasional yang holistik dan menyatu dengan alam, sesuai dengan kehidupan masyrakat Kalimantan pada umumnya yang berada dan menyatu dengan alam. Kurikulum holistik pada akhirnya mengembangkan keseimbangan antara pikiran linear dan intuisi, mengeksplorasi hubungan antara pikiran dan tubuh, menghubungkan disiplin akademis dan mata pelajaran sekolah, melihat pelajaran dalam hubungannya dengan masyarakat dan alam semesta di sekitarntya. Dengan demikian, SMAK Santo Aloysius Palangka Raya sungguh menerapkan pendidikan holistik yang membentuk generasi muda berintegritas, berwawasan ekologis, dan berakar kuat pada nilai Kasih Injil, selaras dengan visi Kementerian Agama untuk membumikan ekoteologi dalam realitas sosial dan pendidikan.
Identitas dan Misi Utama SMAK Santo Aloysius Palangka Raya
Sekolah ini membentuk komunitas akademik yang didasari semangat kasih, meski berada ”di tengah hutan”. Tujuannya bukan hanya edukasi, melainkan menumbuhkan cinta terhadap alam, penghormatan martabat manusia, dan kesejahteraan masyarakat yang semuanya itu merupakan manifestasi Kerajaan Allah: kasih, keadilan, kebebasan, ekologi integral, dan kebahagiaan berkelanjutan.
Di sini, komunitas SMAK sepakat menjadikan Pedagogi Cinta Kasih sebagai fondasi pelayanan dan pengabdian. Sebagai wujud nyata, setiap semester pada awal liburan sekolah, guru dan murid menanam satu jenis pohon. Ketika selesai liburan sekolah, murid tidak hanya membawa bekal, tetapi juga bibit untuk dikembangkan dalam Komunitas Sekolah Alam.
Ciri SMAK
Di SMAK Santo Aloysius Palangka Raya, identitas Katolik bukan sekadar label tetapi sungguh berakar dalam setiap sudut kehidupan akademik dan asrama. Warga sekolah melakukan ibadat pagi, misa harian, ibadat sore, dan completorium sebagai untaian refleksi iman yang kontinu, mewujudkan hidup yang senantiasa terbimbing oleh cahaya ajaran Katolik.
Pendidikan di SMAK merangkai dimensi humanistik dan ekologis menjadi satu. Pembelajaran didesain untuk menyentuh bukan hanya pikiran, tetapi juga hati dan jiwa, menumbuhkan kecintaan terhadap alam sekaligus kecintaan terhadap sesama. Sekolah alam menjadi ruang yang mendidik anak sebagai pribadi yang utuh, integral, dan peduli terhadap ciptaan Tuhan.
Pemerintah, melalui Kementerian Agama, telah menegaskan bahwa ekoteologi adalah prioritas: pelestarian lingkungan adalah bagian dari ibadah, nilai teologis, dan tanggung jawab umat. Dalam hal ini, SMAK Santo Aloysius Palangka Raya telah membuktikan pendidikan yang berakar pada kasih Kristiani dan rasa hormat terhadap alam adalah wujud sempurna dari panggilan ekoteologi. Konsep sekolah alam menjadi sebuah tawaran yang melambangkan bahwa kecintaan terhadap alam berjalan serentak dengan kecintaan untuk merawat bumi.
SMAK dalam Hubungan dengan Gereja Katolik
SMAK menghargai dan memerhatikan ajaran Gereja Katolik dalam hal iman, moral, dan spiritual. Keterlibatan Bapa Uskup dalam kehidupan dan perjalanan SMAK sungguh sangat nyata sebgai bentuk kehadiran Gereja yang nyata. Demikian juga dukungan para imam dari paroki dalam bentuk mengirimkan putra putri untuk disemai bersama di SMAK. Ini adalah dukungan dan hubungan sebagai bagian misi mewartakan kabar gembira Injil kepada semua. Diharapkan SMAK dapat memberi sumbangan yang penting bagi karya penginjilan gereja lokal Keuskupan Palangka Raya.
[RD Romanus Romas (Kepala SMAK Santo Aloysius Palangka Raya), dan Yosephina Sianti Djeer (PTP Ahli Muda Ditjen Bimas Katolik)]