Dunia digital saat ini memberikan berbagai kemudahan dan hiburan, termasuk bagi anak-anak. Namun, di balik kecanggihan teknologi, ada kekhawatiran tersendiri dari para orang tua dan pendidik.
Salah satunya datang dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti yang belum lama ini menyampaikan larangan bermain Roblox bagi anak-anak.
Larangan ini disampaikan langsung oleh Abdul Mu’ti saat berdialog dengan sejumlah siswa saat membuka Kick-off Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) Sekolah.
Dalam kesempatan tersebut, ia memberikan imbauan agar anak-anak tidak terlalu sering menggunakan ponsel, terutama untuk mengakses konten yang mengandung unsur kekerasan.
Baca juga: Main Roblox Aman untuk Anak? Ini Faktanya
“Kalau main HP, tidak boleh menonton kekerasan, jangan ada yang nonton berantem-beranteman, atau kata-kata jelek. Jangan tonton yang tidak berguna,” tegas Mu’ti, yang dilansir dari Antara News pada Selasa (5/8/2025).
Saat itu, beberapa siswa mengaku gemar bermain game online seperti Roblox. Ia kemudian meminta agar anak-anak tidak lagi memainkan game tersebut karena dianggap tidak memberikan dampak baik bagi perkembangan mental dan perilaku mereka.
Mengapa Roblox Dilarang?
Roblox merupakan salah satu platform game populer di kalangan anak dan remaja. Dengan konsep game online yang memungkinkan pengguna menciptakan dan memainkan berbagai dunia virtual, Roblox memberi ruang ekspresi dan kreativitas yang luas. Namun, platform ini juga memiliki sisi gelap yang kerap menjadi sorotan.
Abdul Mu’ti mengungkapkan kekhawatirannya bahwa anak-anak belum memiliki kemampuan intelektual yang cukup untuk membedakan antara dunia nyata dan dunia virtual.
Akibatnya, mereka cenderung meniru apa yang mereka lihat, termasuk tindakan kekerasan, kata-kata kasar, atau perilaku negatif lain yang mereka temui dalam game.
“Anak-anak masih belum bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang hanya rekayasa. Kalau mereka terbiasa menyaksikan atau memainkan hal-hal yang mengandung kekerasan, bisa saja ditiru dan menjadi kebiasaan,” tambah Mu’ti.
Baca juga: Roblox Jadi Target Serangan Siber, 1,6 Juta Serangan Terdeteksi pada 2024
Ancaman Konten Negatif di Game Online
Bukan hanya Roblox, banyak game online lain yang mengandung unsur kekerasan, seksual, hingga perjudian terselubung.
Meskipun beberapa platform menyediakan fitur kontrol orang tua, namun tak sedikit anak-anak yang berhasil mengakses konten tidak pantas tanpa sepengetahuan orang tua mereka.
Menurut sejumlah pakar pendidikan dan psikologi anak, paparan konten semacam itu secara terus-menerus dapat memengaruhi perilaku, cara berbicara, hingga cara anak memandang dunia sekitar.
Ketika nilai-nilai negatif lebih sering diserap daripada nilai-nilai edukatif, maka dampaknya akan terlihat dalam jangka panjang.
Peran Orang Tua dan Guru
Melarang anak bermain game seperti Roblox saja tidak cukup. Diperlukan pengawasan aktif dan pendekatan edukatif dari orang tua maupun guru agar anak-anak bisa memahami alasan di balik larangan tersebut.
Sebagai contoh, orang tua bisa mulai memperkenalkan anak pada game edukatif atau aktivitas kreatif lainnya yang lebih membangun, seperti membaca, menggambar, olahraga, atau bermain alat musik.
Sedangkan guru dapat menyisipkan nilai-nilai literasi digital dalam kurikulum, agar anak lebih bijak saat berselancar di dunia maya.
Pernyataan Abdul Mu’ti juga menjadi alarm bagi pemerintah dan pelaku industri digital untuk lebih serius melindungi anak-anak dari potensi bahaya dunia maya.
Pemerintah bisa mendorong pembentukan regulasi yang memperketat akses konten negatif di platform digital, termasuk game online seperti Roblox.
Sementara itu, platform digital seperti Roblox diharapkan lebih transparan dan aktif dalam memoderasi konten-konten yang dibuat penggunanya, agar lebih sesuai dengan standar keamanan bagi anak.