Menteri Agama Nasaruddin Umar
Pekanbaru (Kemenag) — Menteri Agama Nasaruddin Umar mengenalkan konsep baru trilogi kerukunan. Menag menyebutnya sebagai trilogi kerukunan jilid dua.
Konsep ini dijelaskan Menag Nasaruddin Umar saat memberikan pembinaan bagi ASN di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau. “Saya minta ASN Kementerian Agama ini mensponsori atau merintis sebuah trilogi baru, jilid dua,” ujar Menag Nasaruddin Umar, Rabu (23/4/2025).
Menurut Menag, trilogi kerukunan jilid pertama yang mencakup kerukunan internal umat beragama, antarumat beragama, dan antara umat beragama dengan pemerintah. Sementara untuk jlid dua, Menag kenalkan kerukunan antarsesama manusia, kerukunan manusia dengan alam semesta, dan kerukunan dengan Tuhan.
“Yang pertama, kerukunan antara sesama umat manusia. Kita jangan sampai saling menghancurkan. Apapun agamanya, apapun etniknya, kita sama-sama manusia,” jelasnya.
Pada pilar kedua, Menag menekankan pentingnya hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan hidup. Dikatakan Menag, alam semesta, bukan sekadar objek, tetapi partisipan yang juga bertasbih memuji Tuhan.
“Yang kedua, kerukunan antara manusia dengan alam semesta. Jadi alam semesta ini partner kita, bukan hanya objek, tapi juga partisipan. Mari kita bersahabat dengan tanaman, binatang, bahkan benda mati,” tutur sosok yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal ini.
Menag juga mengingatkan pentingnya hubungan spiritual manusia dengan Tuhan, yang didasarkan pada penyucian dan pemahaman yang lebih dalam terhadap makna keberadaan.
“Terakhir, kerukunan dengan Tuhan. Sebagai apapun definisi kita tentang Tuhan, kita ini hanya cangkir. Apa arti sebuah cangkir untuk menampung samudra? Maha Suci Allah terhadap apapun yang Anda perkirakan,” kata Menag.
Menag juga menekankan pentingnya integritas dan etika kerja ASN dalam menjalankan tugas. Ia mengingatkan agar ASN tidak mengklaim prestasi pribadi yang seharusnya disampaikan oleh pimpinan sebagai bentuk penghormatan terhadap struktur organisasi.
“Kalau ingin menjadi manusia utama, sembunyikanlah prestasinya. Pahit memang, berat memang, tapi itulah jalan menuju derajat mukhlas, yang bebas dari godaan iblis,” tuturnya.
“Kalau orang sudah sampai ke tingkat mukhlas, itu bebas iblis. Kalau ikhlas, belum tentu. Jadi saya ingin kita semuanya, korps Kementerian Agama ini, menjadi bukan sekadar mukhlis, tapi meningkat menjadi mukhlas,” pungkas Menag.