Lamongan (Kemenag) — Masjid Jami’ At-Taqwa Paciran di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, menjadi tempat singgah favorit bagi para pemudik yang melintasi Jalur Pantura selama arus mudik dan balik Lebaran 1446 H/2025 M. Berlokasi strategis di Jl. Raya Daendels No.164, masjid ini menawarkan kenyamanan yang lebih dari sekadar tempat ibadah.
Masjid yang menghadap langsung ke laut ini setiap harinya dikunjungi sekitar 300 jemaah. Namun, saat musim mudik, jumlah tersebut melonjak tajam. Para pemudik singgah untuk menunaikan salat, beristirahat, atau sekadar menikmati semilir angin laut.
Masjid Jami’ At-Taqwa termasuk dalam program “Masjid Ramah Pemudik” yang diinisiasi Kementerian Agama. Program ini merujuk pada Surat Edaran Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2025 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadan dan Hari Raya Idulfitri, yang menganjurkan masjid dan musala di sepanjang jalur mudik tetap buka 24 jam.
Menariknya, Masjid Jami’ At-Taqwa telah menerapkan konsep tersebut jauh sebelum program resmi dicanangkan pemerintah. “Sejak dulu masjid ini memang dibuka 24 jam. Toilet dan tempat wudu kami jaga kebersihannya, ruang istirahat tersedia, bahkan ada kulkas berisi minuman dingin di sisi kanan dan kiri masjid,” ujar Ustaz Zaini, Ketua DKM Masjid Jami’ At-Taqwa, saat ditemui di kediamannya di Lamongan, Sabtu (5/4/2025).
Sekitar 20 petugas dikerahkan setiap hari untuk menjaga kebersihan dan keamanan masjid. Menurut Ustaz Zaini, pelayanan maksimal menjadi prioritas utama pihak pengelola. “Kami ingin semua yang singgah merasa betul-betul disambut dan dimuliakan,” tuturnya.
Selama Ramadan, masjid ini juga rutin membagikan takjil dan nasi kotak. Kegiatan pengajian tetap digelar secara berkala, menarik minat warga sekitar. Seluruh kegiatan operasional dikelola secara mandiri, salah satunya melalui infak parkir.
“Sumber utama operasional kami dari infak parkir. Meski sifatnya sukarela, hampir semua pengunjung memberi. Dari situlah kami cukup membiayai kegiatan sehari-hari,” jelasnya.
Kini, pihak masjid tengah membangun menara yang nantinya difungsikan tidak hanya untuk azan, tetapi juga sebagai ruang pertemuan dan pusat aktivitas sosial. Hal ini selaras dengan semangat menjadikan masjid sebagai pusat peradaban umat, sebagaimana dicontohkan Rasulullah saw.
Saat arus balik Lebaran, suasana masjid tetap ramai. Beberapa pemudik terlihat beristirahat sembari menunggu waktu salat. Salah satunya, Dinda (43), pemudik asal Surabaya yang singgah bersama suami dan dua anaknya.
“Kami mampir karena masjid ini terlihat besar dan bersih. Tapi ternyata fasilitasnya luar biasa. Toilet bersih, tempat wudunya nyaman, dan kami bisa menikmati pemandangan laut dari sini. Anak-anak juga betah,” ujarnya.
Dinda menilai, masjid yang termasuk Masjid Ramah Disabilitas ini juga memberikan lebih dari fasilitas ibadah. “Sebagai pemudik, masjid ini bukan cuma tempat salat, tapi juga tempat meneduhkan hati dan memulihkan tenaga. Sebuah oase sejati di tengah riuhnya arus mudik Lebaran,” tuturnya.
Ia berharap program masjid ramah pemudik bisa berlanjut, bahkan di luar musim mudik. “Masjid seperti ini menghadirkan ketenangan spiritual sekaligus ruang sosial yang hidup. Ini contoh ideal pengelolaan masjid yang inklusif dan relevan,” tandasnya.
Masjid Jami’ At-Taqwa Paciran menjadi bukti bahwa dengan pengelolaan yang baik dan semangat gotong royong, masjid mampu menjadi pusat layanan umat yang menyambut siapa pun dengan kehangatan.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Abu Rokhmad, mengapresiasi peran aktif takmir masjid di seluruh Indonesia yang turut menyukseskan program Masjid Ramah Pemudik. Ia mengatakan, kiprah Masjid Jami’ At-Taqwa Paciran merupakan contoh masjid yang secara mandiri dan sukarela mengimplementasikan Surat Edaran Menteri Agama tentang penyelenggaraan ibadah Ramadan dan Idulfitri.
“Masjid-masjid yang membuka diri selama 24 jam saat arus mudik dan arus balik Lebaran 2025 memberi kesan mendalam bagi para musafir yang sedang dalam perjalanan silaturahmi Idulfitri. Ini adalah bentuk pelayanan keumatan yang luar biasa,” ujar Abu saat dihubungi pada Sabtu (5/4).
Ia menilai, inisiatif ini merupakan wujud nyata dakwah bil hal yang sangat berdampak dalam pelayanan publik. “Inilah sebentuk dakwah bil hal dari para takmir kepada para pemudik musafir. Ke depan, saya berharap langkah ini bisa terus ditingkatkan dengan inovasi-inovasi yang lebih kreatif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat,” pungkasnya.
(An/Mr)