Jakarta (Kemenag) — Program Masjid Ramah Pemudik yang digagas Menteri Agama Nasaruddin Umar banyak dimanfaatkan oleh masyarakah dalam perjalanan mereka saat pulang ke berbagai daerah dan ketika kembali ke Jakarta. Hal ini menurut Menag mencerminkan kehadiran masjid sebagai rumah bersama bagi masyarakat.
Kementerian Agama (Kemenag) mencatat sebanyak 1.617.641 pemudik telah singgah di 8.710 Masjid Ramah Pemudik yang tersebar di seluruh Indonesia selama masa mudik dan arus balik Lebaran 2025. Data ini dihimpun hingga Senin, 14 April 2025 pukul 12.30 WIB, dan jumlahnya diperkirakan terus bertambah seiring masih masuknya laporan dari berbagai daerah.
Program Masjid Ramah Pemudik merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2025 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadan dan Idulfitri, yang mengimbau agar masjid dan musala di sepanjang jalur mudik tetap buka selama 24 jam.
Menag Nasaruddin Umar menyampaikan apresiasi kepada seluruh takmir masjid, masyarakat, dan jajaran Kemenag yang telah berperan aktif menyukseskan program ini. Menurutnya, data yang melampaui satu setengah juta kunjungan adalah cermin dari kuatnya solidaritas umat dan kinerja kolaboratif semua pihak.
“Ini bukan sekadar angka, tetapi bukti bahwa masjid hadir sebagai rumah bersama di tengah mobilitas besar masyarakat. Masjid Ramah Pemudik menjadi simbol pelayanan keagamaan yang bersifat universal dan inklusif,” ujar Menag di Jakarta, Selasa (15/4/2025).
Menag berharap semangat melayani pemudik ini tidak berhenti di masa Lebaran, tetapi bisa menjadi inspirasi untuk menghadirkan masjid yang ramah bagi semua di setiap waktu. “Kita dorong agar model pelayanan seperti ini menjadi budaya baru masjid di Indonesia,” ungkapnya.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Abu Rokhmad, menyampaikan, tingginya jumlah pemudik yang singgah menunjukkan partisipasi aktif masjid dalam memberikan kenyamanan bagi para musafir. “Masjid tidak hanya menjadi tempat salat, tetapi juga ruang istirahat, tempat berbagi makanan, bahkan tempat menenangkan diri di tengah perjalanan panjang. Ini adalah bentuk nyata pelayanan keagamaan yang kontekstual,” ujar Abu Rokhmad.
Berdasarkan data Kemenag, Provinsi Jawa Barat mencatat jumlah pemudik singgah terbanyak, yakni 321.439 orang di 1.002 masjid. Pada urutan berikutnya adalah provinsi Aceh (198.701 pemudik), Jawa Tengah (151.599), dan DI Yogyakarta (87.654). Selanjutnya, ada Kalimantan Selatan (54.877), Kalimantan Barat (44.439), Jawa Timur (47.425), dan Sumatera Barat (6.901 pemudik). Sisanya tersebar di berbagai provinsi lain seperti Banten, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Riau.
Abu Rokhmad juga menyebut, sebanyak 96.904 orang dilibatkan dalam layanan ini, mulai dari KUA, pengurus masjid, remaja masjid, Penyuluh Agama Islam, madrasah, hingga jajaran Kemenag di seluruh Indonesia. “Masjid Ramah Pemudik menyediakan fasilitas istirahat, takjil, toilet bersih, musala terpisah untuk laki-laki dan perempuan, serta layanan informasi dan medis ringan. Ini merupakan bentuk konkret kolaborasi antara negara, umat, dan institusi keagamaan,” jelasnya.
“Semangat ini harus terus dijaga dan diperluas. Banyak pemudik menyampaikan apresiasi atas program ini. Mereka merasa lebih tenang, nyaman, dan aman selama perjalanan karena tahu bisa singgah di masjid yang bersih dan disambut dengan ramah,” tandasnya.
(An/Mr)