Seorang mantan pemain Napoli mengejutkan semua orang dengan berpartisipasi dalam perampokan bersenjata di Belgia.
Mantan pemain Napoli Nathaniel Amoah merasa terkejut setelah dinyatakan bersalah karena ikut serta dalam perampasan mobil bersenjata.
Pemain asal Belanda berusia 23 tahun ini telah beraksi untuk pemimpin Serie A saat ini pada musim 2020-21. Dia bermain bersama Kalidou Koulibaly dan Dries Mertens di klub tersebut.
Lahir di Amsterdam, Amoah kemudian bermain untuk klub Norwegia Egersund, serta klub Belgia Patro Eisden dan Tongeren.
Namun, pengadilan di kota Kortrijk, Belgia menjatuhkan hukuman dua tahun penjara kepada Amoah . Ia juga didenda 2.800 poundsterling atas perannya dalam pencurian mobil sewaan Mercedes dari seorang pengemudi pada bulan Juli tahun lalu. Terdakwa lainnya yang hanya diketahui bernama Yasser A., menerima hukuman yang sama. Keduanya adalah warga negara Belanda.
“Seorang pria berkerudung mengancam akan menggunakan senjata untuk memaksa pengemudi menyerahkan kunci mobil sewaan ,” kata jaksa di pengadilan. Peristiwa itu terjadi di pom bensin Esso di Marke, dekat Kortrijk, Belgia barat.
Mobil curian itu ditemukan di Wevelgem, satu jam jauhnya, dan dua pria ditangkap kemudian pada hari itu. Amoah pernah dihukum karena pencurian di Belanda. Dia tidak memiliki klub sejak meninggalkan Patro Eisden pada musim panas dua tahun lalu.
Sementara itu, Napoli saat ini sedang bermain mengesankan, hanya menang 2-0 atas Torino dan menciptakan selisih 3 poin dengan Inter Milan dalam perburuan Scudetto.
Mantan Pemain Serie A Lain yang Pernah Terlibat Perampokan
Selain Nathaniel Amoah, mantan pemain Serie A Liga Italia yang terlibat dunia kriminal adalah Bruce Dombolo. Mantan pesepak bola asal Prancis itu perncah mendapatkan kesempatan bermain bersama Ancona di awal 2000-an.
Karier Dombolo berakhir prematur di usia 20 tahun, saat ia terlibat dalam perampokan bersenjata pada 2005. Menurut laporan National World (19 Maret 2025), ia dijatuhi hukuman dua tahun penjara atas kasus tersebut. Namun, setelah bebas, Dombolo kembali ke jalur kriminal.
Pada 2010, ia terlibat dalam perampokan perhiasan bernilai tinggi, yang membuatnya dipenjara selama delapan tahun. Dalam refleksi pribadinya, Dombolo pernah berkata, “Beberapa orang memilih perampokan, dan sayangnya, saya salah satunya. Saya tidak berpikir, hanya mengikuti teman-teman yang membuat keputusan buruk. Begitulah saya bergabung dengan kelompok perampok bersenjata.”
Ia mengakui bahwa tekanan ekonomi dan pengaruh lingkungan buruk menjadi pemicu kejatuhannya. Kehilangan struktur karier sepak bola dan minimnya dukungan pasca-pensiun dini membuatnya rentan terhadap godaan kriminal.
Setelah menjalani hukuman, Dombolo berusaha memperbaiki hidupnya. Ia beralih ke dunia hiburan, memulai debut aktingnya pada 2021 sebagai Djibril dalam film L’enfant de Personne. Menurut IMDb, ia membintangi 10 peran, termasuk dalam Sage-homme (2023) dan Neuilly-Poissy (2024). Transformasinya menginspirasi banyak orang, dan ia pernah berkata, “Saya dari akademi sepak bola ke penjara, dari stadion Serie A ke perampokan. Kisah saya membuktikan bahwa siapa pun bisa mengubah hidupnya, tak peduli dari mana mereka berasal.”
Selain akting, Dombolo juga menjadi juara Connect Four, menunjukkan semangatnya untuk menemukan kembali tujuan hidup. Publik Prancis memuji keberaniannya membangun ulang reputasi, meski bayang-bayang masa lalunya tak pernah benar-benar hilang.
Pada Maret 2025, dunia dikejutkan dengan kabar kematian Dombolo di usia 39 tahun. Menurut Pulse Sports (19 Maret 2025), ia meninggal dalam tidurnya, meski penyebab pastinya belum diungkap.
Kematiannya memicu diskusi luas tentang tantangan yang dihadapi mantan atlet, terutama mereka yang berasal dari latar belakang kurang mampu.
“Banyak pemain muda tidak siap menghadapi akhir karier mereka. Tanpa pendampingan, mereka rentan tersesat,” kata psikolog olahraga Dr. Claire Dubois dalam wawancara dengan France Football (2025).
Kasus Dombolo menyoroti perlunya sistem pendukung yang lebih baik, seperti pelatihan karier alternatif dan konseling psikologis, untuk membantu atlet menghadapi transisi pasca-pensiun.