Perusahaan satelit milik Elon Musk, SpaceX, bersiap memperluas jaringan internet satelit Starlink ke Vietnam mulai kuartal keempat 2025. Di sisi lain, layanan Starlink di Indonesia justru mengalami penangguhan sementara untuk pelanggan baru akibat lonjakan permintaan yang melebihi kapasitas jaringan.
Menurut laporan dari Reuters yang dikutip oleh media lokal Tuoi Tre, Wakil Menteri Sains dan Teknologi Vietnam, Pham Duc Long, menyatakan bahwa Starlink akan mulai beroperasi secara uji coba di Vietnam pada akhir tahun ini.
Pemerintah siap memberikan lisensi pilot untuk layanan ini segera setelah SpaceX menyelesaikan prosedur investasi dan membentuk entitas hukum di negara tersebut.
Saat ini, SpaceX dilaporkan sedang bekerja sama dengan Kementerian Keuangan Vietnam untuk menyelesaikan pembentukan unit bisnis yang sepenuhnya dimiliki sendiri.
Sebelumnya pada April 2025, dua sumber Reuters menyebutkan bahwa SpaceX tengah menyiapkan ground station di Vietnam, dan berencana untuk memperluas jaringan satelit Starlink secara masif di kawasan Asia Tenggara.
Menariknya, Pemerintah Vietnam juga memberikan kelonggaran besar terhadap kepemilikan asing dalam proyek ini, dengan menyatakan bahwa tidak ada batas kepemilikan asing untuk uji coba layanan Starlink yang akan berlangsung hingga akhir 2030.
Sementara ekspansi ke Vietnam berjalan mulus, situasi berbeda justru terjadi di Indonesia. Starlink secara resmi menghentikan sementara layanan untuk pelanggan baru sejak 13 Juli 2025.
Melalui laman resminya, Starlink menyatakan bahwa kapasitas jaringan mereka di seluruh Indonesia telah habis terjual, sehingga tidak bisa menerima aktivasi perangkat baru, termasuk yang dibeli lewat reseller atau toko ritel.
“Layanan Starlink saat ini tidak tersedia bagi pelanggan baru di wilayah Anda karena kapasitas telah habis terjual di seluruh Indonesia,” tulis perusahaan.
Meskipun demikian, calon pengguna masih bisa melakukan deposit untuk masuk daftar tunggu. Starlink menjanjikan akan memberi notifikasi begitu layanan tersedia kembali, namun belum memberikan estimasi waktu yang pasti.
Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Kominfo (Komdigi), Wayan Toni, menjelaskan bahwa keputusan penghentian layanan pelanggan baru murni berasal dari pihak Starlink. Penyebab utamanya adalah kapasitas jaringan yang tersedia sudah penuh akibat lonjakan pengguna sejak layanan resmi diluncurkan untuk publik pada Mei 2024.
“Starlink sedang menambah kapasitas jaringan melalui pita frekuensi E-Band, yang digunakan untuk komunikasi antara gateway dan satelit,” ujar Wayan dilansir dari CNBC Indonesia, 14 Juli 2025.
Ia juga menyebut bahwa evaluasi terhadap semua kewajiban Starlink di Indonesia sedang dilakukan, khususnya terkait Hak Labuh yang telah diterbitkan pemerintah sebelumnya.
Kehadiran Starlink sejak 2022 awalnya terbatas untuk kebutuhan korporasi seperti Telkom Satelit dan Smartfren. Namun sejak resmi dibuka untuk umum tahun lalu, permintaan meledak, terutama dari wilayah terpencil yang selama ini kesulitan mendapatkan akses internet cepat.
Bahkan, lonjakan serupa juga terjadi di negara lain seperti Afrika dan Brasil. Elon Musk sempat mengomentari hal ini lewat media sosial X (dulu Twitter), dengan menyebut bahwa kapasitas layanan di area urban cepat penuh, dan menyarankan pengguna mencoba wilayah yang lebih rural.
Peta ketersediaan Starlink di situs resminya kini menempatkan Indonesia dalam status “waitlist” bergabung bersama negara lain seperti Ukraina, El Salvador, Mozambik, dan beberapa kota besar seperti Manila dan Rio de Janeiro.