Upaya Inggris untuk mengendalikan dominasi Google di pasar pencarian digital menghadapi hambatan serius, bukan dari teknologi, tapi dari politik. Pemerintah Inggris yang baru terpilih kini condong pada pendekatan pro-investasi, menjadikan regulator persaingan CMA (Competition and Markets Authority) seolah berjalan di tempat meski sudah dibekali kekuatan hukum baru.
CMA baru saja menetapkan Google sebagai perusahaan dengan “status pasar strategis” di sektor pencarian daring—langkah penting yang memungkinkan regulator memaksa Google untuk membuka lebih banyak pilihan bagi pengguna, mengubah sistem peringkat hasil pencarian, hingga menghentikan praktik memprioritaskan layanannya sendiri.
Namun, pada saat yang sama, pemerintahan Partai Buruh di bawah Perdana Menteri Rachel Reeves mengindikasikan bahwa regulasi keras terhadap Big Tech tak lagi jadi prioritas, dengan alasan menjaga iklim investasi demi pertumbuhan ekonomi, demikian laporan dari Reuters.
“Undang-undang baru ini seharusnya menjadi senjata ampuh melawan dominasi Big Tech. Tapi kini justru menjadi beban karena kurangnya dukungan politik,” ujar Ronan Scanlan, mantan pejabat CMA dan mitra di firma hukum Steptoe International.
Langkah CMA ini terjadi di tengah tekanan dari luar negeri, termasuk sikap agresif Presiden AS Donald Trump yang kembali menjabat dan membela mati-matian kepentingan bisnis AS. Google, milik raksasa teknologi Alphabet, memperingatkan bahwa regulasi berlebihan bisa membuat perusahaan menahan peluncuran fitur-fitur baru di Inggris.
Google saat ini menguasai lebih dari 90% pangsa pasar pencarian umum di Inggris, dan menjadi tulang punggung bagi lebih dari 200.000 bisnis lokal melalui iklan pencarian. Perusahaan mempekerjakan sekitar 7.000 orang di Inggris.
Sejumlah perusahaan teknologi Inggris seperti Skyscanner dan Checkatrade menuduh Google menyalahgunakan posisinya dengan memprioritaskan layanan internal dalam hasil pencarian. Mereka mendesak CMA bertindak lebih tegas.
Sebagai bagian dari proposalnya, CMA mempertimbangkan layar pilihan mesin pencari (choice screen) agar pengguna dapat memilih alternatif Google dengan lebih mudah—kebijakan yang sudah lama diterapkan di Uni Eropa namun belum menyentuh Inggris secara luas.
Politik Hambat Gelombang Baru Regulasi Teknologi
Penetapan Google sebagai entitas dengan dominasi strategis adalah yang pertama dalam kerangka hukum baru Digital Markets, Competition and Consumers Act (DMCC). Namun, langkah lanjut terhadap Apple (untuk sistem operasi) dan Amazon (di sektor e-commerce), yang awalnya dijadwalkan tahun ini, kini resmi ditunda hingga 2026.
“CMA mencoba tetap menjalankan mandatnya secara profesional, tapi situasi politik dan tekanan global membuat mereka bergerak sangat hati-hati,” kata Tom Smith, mantan direktur hukum CMA.
Ketika di Eropa dan AS muncul desakan untuk memecah bisnis Google—terutama unit iklan dan pencariannya, regulator Inggris tampak tertahan di simpang jalan antara perlindungan persaingan dan daya tarik investasi.
CMA dijadwalkan mengumumkan keputusan final Oktober ini, dan banyak mata tertuju ke sana. Pertanyaannya. apakah Inggris akan berani melawan dominasi Big Tech, atau kembali berkompromi demi menjaga hubungan dagang dan modal asing?