Polemik mengenai kuota internet yang hangus dan disebut merugikan masyarakat hingga Rp63 triliun akhirnya mendapat tanggapan resmi dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).
Pada acara Selular Business Forum (SBF) yang digelar Rabu (16/07/25) di Jakarta, Komdigi menekankan bahwa skema kuota berbasis volume dan waktu yang digunakan operator saat ini sudah sesuai regulasi.
Direktur Strategi dan Kebijakan Infrastruktur Digital Komdigi, Denny Setiawan, menegaskan bahwa sistem kuota internet berbatas waktu dan volume merupakan bagian dari pengelolaan jaringan agar tetap efisien dan tidak terjadi kelebihan beban (overflow).
“Pada dasarnya, sistem paket ini diperbolehkan secara regulasi tapi dibatasi oleh volume dan waktu. Dengan adanya volume ini, operator bisa manage dimensioning supaya tidak terjadi overflow. Overflow itu macet,” ujar Denny.
Baca juga: Telkomsel Gandeng TikTok dan GoPay, Rilis SIMPATI TikTok untuk Kreator dan UMKM
Pernyataan tersebut merujuk pada Peraturan Menteri Kominfo Nomor 5 Tahun 2021, khususnya Pasal 82, yang menyebutkan bahwa penyedia layanan internet wajib memberikan pilihan kepada pelanggan untuk melanjutkan atau menghentikan layanan setelah mencapai batasan penggunaan yang ditentukan.
Alasan Sistem Kuota Masih Diperlukan
Menurut Denny, sistem ini memungkinkan operator seluler untuk memproyeksikan kebutuhan kapasitas jaringan berdasarkan pola penggunaan.
Tanpa adanya batasan volume dan waktu, penyedia layanan akan kesulitan memprediksi lonjakan trafik internet, yang pada akhirnya bisa menyebabkan penurunan kualitas layanan.
“Jika tidak ada batasan, operator harus menyediakan cadangan kapasitas jauh lebih besar untuk mengantisipasi fluktuasi. Ini bisa berdampak pada kenaikan harga layanan, yang justru merugikan pengguna dalam jangka panjang,” tambah Denny.
Ia juga mengungkapkan bahwa model langganan yang saat ini diterapkan di Indonesia berkontribusi pada murahnya tarif internet nasional.
Berdasarkan data yang dimiliki pemerintah, Indonesia menduduki peringkat ke-12 dunia untuk tarif internet termurah dari 230 negara, serta menjadi yang paling murah di Asia Tenggara dengan rata-rata harga Rp6.000 per 1GB data.
Transparansi dan Edukasi Digital
Meski demikian, Denny mengakui bahwa isu kuota hangus bisa menjadi pemicu keresahan apabila tidak diimbangi dengan transparansi informasi dari operator kepada masyarakat.
Baca juga: Ramai Isu Kuota Hangus, Ini Kata Telkomsel!
Ia menyarankan agar operator seluler lebih terbuka mengenai masa aktif kuota, perlakuan sisa kuota (apakah bisa rollover atau tidak), hingga opsi seperti transfer kuota dan kontrol pulsa.
“Komdigi mendorong operator lebih transparan dan bagaimana kita semua termasuk teman-teman media mengedukasi publik,” jelasnya.
Denny juga menyebut bahwa operator seluler perlu menyederhanakan syarat dan ketentuan utama pada produk paket data. Ia menyarankan agar informasi penting tidak hanya dicantumkan dalam lembar syarat dan ketentuan panjang, melainkan langsung di deskripsi produk yang mudah dibaca pelanggan.
Rekomendasi Komdigi untuk Operator Seluler
Pemerintah melalui Komdigi mendorong beberapa langkah konkret agar persoalan kuota hangus bisa dikelola dengan lebih baik dan tidak menimbulkan kerugian di masa mendatang:
-
Transparansi Penuh
Operator diminta menjelaskan secara terbuka masa aktif, jumlah kuota, serta apakah kuota dapat di-rollover atau tidak. -
Edukasi Digital Bersama Media
Publik perlu mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai skema langganan data, termasuk fitur-fitur seperti kontrol penggunaan, rollover, dan transfer kuota. -
Paket Data yang Fleksibel
Komdigi mendorong operator untuk menyediakan jenis paket yang bisa di-rollover, dengan pembatasan volume dan waktu yang wajar. -
Profiling Pelanggan yang Akurat
Dengan analisis konsumsi data yang lebih tepat, operator bisa merekomendasikan paket sesuai dengan kebutuhan spesifik tiap pelanggan.
Dengan adanya tanggapan resmi dari Komdigi ini, diharapkan masyarakat dapat memahami bahwa skema kuota internet yang hangus bukan pelanggaran regulasi, melainkan bagian dari pengelolaan jaringan yang efisien dan ekonomis.