Menag Nasaruddin Umar membetulkan kerah baju salah satu anak peserta Lebaran Yatim dan Penyandang Disabilitas 2025 di Auditorium HM Rasjidi, Jumat (4/7/2025). (Foto: Firman/CPNS Prahum Biro HKP).
Jakarta (Kemenag) — Gelak tawa anak-anak mengisi setiap sudut Auditorium HM Rasjidi, Kementerian Agama RI, pada Jumat (4/7/2025) petang. Bukan kebisingan biasa, melainkan suara kebahagiaan murni yang merayakan “Lebaran Anak Yatim dan Penyandang Disabilitas”. Ratusan wajah ceria dari berbagai penjuru Indonesia memancarkan semangat dan harapan, mengubah ruang itu menjadi panggung kebersamaan yang hangat dan penuh cinta.
Hari itu, anak-anak istimewa ini tak hanya menjadi tamu. Dalam kegiatan yang menjadi bagian program “Peaceful Muharam” besutan Ditjen Bimas Islam Kemenag, anak-anak tersebut disuguhkan beragam penampilan yang tak hanya menghibur, tapi juga menginspirasi. Bahkan, beberapa di antaranya berani unjuk kebolehan, menampilkan bakat terpendam dan keceriaan mereka dalam pentas seni kreatif yang memukau.
Salah satu momen yang paling dinanti adalah kehadiran Dani Aditya, seorang konten kreator difabel yang kisahnya telah menginspirasi banyak orang. Dengan penampilannya, Dani sekali lagi membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk berkarya dan memberikan dampak positif. Ia adalah potret nyata bahwa semangat tak pernah mengenal batas, mampu menerobos segala rintangan.
Pesan Kebijaksanaan dan Pelukan Kebersamaan
Suasana hening menyelimuti ruangan saat Menteri Agama, Nasaruddin Umar, menyampaikan tausiyahnya. Ia mengisahkan cerita dari kitab Irsyadul ‘Ibad tentang seorang raja zalim yang ajalnya dijemput oleh kakek tua, yang tak lain adalah malaikat maut. “Jangan anggap enteng mereka yang tampak lemah,” pesan Menag.
“Karena bisa jadi, di balik kelemahan itu tersimpan kekuatan dan kebenaran,” imbuhnya. Sebuah petuah yang menancap, mengingatkan kita akan kebijaksanaan yang seringkali lahir dari kesederhanaan.
Kemenag juga memanfaatkan kesempatan ini untuk memberikan Piagam Kolaborator Terbaik sebagai bentuk apresiasi kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi luar biasa dalam program-program mereka. Ini adalah simbol terima kasih atas sinergi dan kepedulian yang telah terbangun.
Romo Syafi’i, Wakil Menteri Agama, tak bisa menyembunyikan rasa harunya. “Saya sampai kehilangan banyak kata, tidak bisa berpidato lagi karena kegembiraan luar biasa yang saya rasakan,” ungkap Romo, suaranya bergetar.
“Selamat untuk para guru dan pengasuh, kalian pahlawan Bangsa. Membangun Indonesia dengan anak-anak yang luar biasa hebat,” sambungnya.
Dirjen Bimas Islam, Abu Rokhmad, dalam laporannya mengungkapkan Lebaran Yatim dan Penyandang Disabilitas ini dihadiri 550 peserta secara luring. Kegiatan serupa juga digelar serentak di seluruh Kantor Kemenag se-Indonesia. Abu Rokhmad menyebut, ada dua juta anak yatim dan penyandang disabilitas yang mendapatkan bantuan.
Program kolaborasi antara Kemenag, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) ini menyalurkan bantuan senilai 310 miliar rupiah bagi anak yatim dan penyandang disabilitas se-Indonesia.
Abu menyebut, angka ini bukan sekadar statistik, melainkan bukti nyata kolaborasi dan kepedulian yang luar biasa untuk mereka yang paling membutuhkan.
Acara semakin meriah dengan sesi doorprize. Anak-anak tampak begitu santai, namun penuh antusias menjawab pertanyaan dari Menag. Jawaban lugu khas anak-anak memenuhi ruangan dengan tawa, menciptakan kehangatan yang begitu terasa. Guyonan dari Menag pun ikut meramaikan suasana, menciptakan atmosfer cair dan bersahabat.
Di penghujung acara, Menag mengajak seluruh anak-anak untuk mendoakan kebaikan para donatur. “Mari anak-anakku semua, kita doakan untuk donatur yatim piatu di seluruh Indonesia,” ajak Menag.
“Doakan mereka agar kebaikannya dibalas Allah SWT, insyaallah doanya anak yatim itu makbul,” pungkasnya.
Hari itu, Auditorium HM Rasjidi bertransformasi menjadi ruang penuh cinta, tawa, dan harapan. Karena di balik setiap senyum yang terpancar, tersirat masa depan Indonesia yang penuh cahaya dan mimpi-mimpi besar dari mereka, anak-anak istimewa. (Riri Idryani/CPNS Prahum Biro HKP Kemenag)