Gladi Posko pada Bimtek Petugas Haji 1446 H/ 2025 M (Foto: MCH 2025)
Jakarta (Kemenag) — Malam itu, Asrama Haji Pondok Gede bertransformasi menjadi miniatur Tanah Suci. Bukan lantunan talbiyah yang menggema, melainkan isak tangis seorang “jemaah” yang tersesat di tengah keramaian “Bandara Internasional King Abdulaziz Jeddah”.
Teriakan pilu itu hanyalah bagian dari skenario yang dirancang untuk menguji kesiapan petugas Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dalam menghadapi berbagai situasi di lapangan.
“Tolong-tolong aku di mana, aku di mana,” rintih seorang petugas yang berperan sebagai jemaah, air mata buatan membasahi wajahnya. Reaksi sigap terlihat dari para petugas PPIH lainnya.
Mereka bergegas menghampiri, bukan dengan panik, melainkan dengan sentuhan lembut dan kata-kata menenangkan.
“Ibu, ibu sekarang di Tanah Suci, ibu akan menunaikan rukun Islam kelima. Ibu akan berhaji. Istigfar ya, Bu,” bisik seorang petugas dengan penuh empati. Keajaiban kecil terjadi. Raut wajah panik berangsur-angsur mereda, digantikan oleh senyum tipis yang menyiratkan ketenangan.
Adegan lain menampilkan seorang “jemaah” lansia yang tampak kelelahan saat tiba. Langkahnya goyah, tubuhnya ringkih. Kembali, petugas PPIH hadir bak malaikat penolong. Kursi roda disiapkan dalam sekejap, uluran tangan membantu sang lansia duduk dengan nyaman.
Pemandangan-pemandangan menyentuh itu merupakan bagian dari gladi posko yang digelar oleh Kementerian Agama dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) PPIH Arab Saudi 1446/2025M di Asrama Haji Pondok Gede, Sabtu (19/4/2025). Ratusan petugas PPIH dari berbagai daerah kerja, yang telah mengikuti pelatihan intensif sejak 14 April, larut dalam simulasi yang terasa begitu nyata.
Fasilitator berpengalaman, Harun Arrasyid, memimpin jalannya simulasi yang mencakup seluruh alur perjalanan haji. Mulai dari kedatangan di bandara Jeddah dan Madinah, pergerakan di Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina), hingga prosesi lontar jumrah dan tahapan murur serta tanazul. Sebelum praktik lapangan ini, para petugas dibekali pemahaman teoretis melalui Tactical Floor Game (TFG) untuk memvisualisasikan dinamika pergerakan jemaah.
“Sebelum kita melaksanakan gladi posko, para peserta kita berikan teori dan pembekalan dengan sistem Tactical Floor Game (TFG) untuk memberikan gambaran pergerakan jemaah di Armuza seperti apa,” terang Harun.
Tak hanya skenario umum, simulasi ini juga menghadirkan “jemaah” dengan berbagai kondisi khusus: sakit, meninggal dunia, kehilangan paspor, amnesia, hingga masalah bagasi dan salah kamar penginapan. Tujuannya satu, melatih kesigapan dan keterampilan petugas dalam menghadapi situasi tak terduga di lapangan.
“Tujuan gladi posko ini untuk memberikan gambaran sekaligus memberikan keterampilan-keterampilan kepada petugas agar bisa menangani hal itu, sehingga penugasan nanti di lapangan bisa lebih sempurna dalam melayani jemaah haji Indonesia,” tegas Harun.
Semangat dedikasi para petugas PPIH ini terus membara hingga larut malam. Mereka juga mendapatkan pembekalan mendalam mengenai prosesi safari wukuf (reguler dan khusus) serta murur dari Fasilitator PPIH 1446 H/2025M, Slamet.
Safari wukuf khusus, dijelaskan Slamet, akan dilayani oleh tim gabungan dari tiga daker yang terdiri dari personel PKP3JH (Penanganan Krisis Pertolongan Pertama Pada Jemaah Haji), petugas kesehatan, pembimbing ibadah, dan petugas layanan lainnya. “Tugas tim ini menjaga dan memperbaiki kondisi jemaah haji termasuk psikologi jemaah,” ujarnya.
Gladi posko diakhiri dengan praktik langsung penyambutan, pergerakan, dan pendorongan jemaah di Armuzna, diikuti dengan evaluasi menyeluruh. Malam di Pondok Gede menjadi saksi bisu betapa seriusnya persiapan para petugas PPIH Arab Saudi. Di balik simulasi yang terkadang menguras emosi, terukir komitmen kuat untuk memberikan pelayanan terbaik bagi para tamu Allah yang akan segera tiba di Tanah Suci. Pondok Gede seolah menjadi “Makkah” sesaat, tempat empati dan kesiapsiagaan dipupuk demi kelancaran ibadah haji tahun 2025.