Di tengah arus kemajuan teknologi yang semakin cepat, cara manusia berkomunikasi dan berelasi pun ikut berubah. Interaksi tak lagi hanya terjadi antar individu, tetapi juga antara manusia dan teknologi yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Di satu sisi, teknologi membuka peluang baru untuk memperluas koneksi dan mempersempit kesenjangan sosial.
Namun di sisi lain, ia juga berpotensi menciptakan jarak emosional yang tak kasat mata menjadikan relasi manusia terasa semakin dingin dan terfragmentasi. Dari dinamika inilah muncul kebutuhan akan pendekatan baru: sebuah pertemuan antara empati dan teknologi yang mampu menjembatani ruang emosional yang kian renggang.
Menjawab tantangan tersebut, Creative Digital English dari Fakultas Humaniora BINUS University memperkenalkan Poe-Life, sebuah aplikasi penulisan puisi kreatif yang dirancang sebagai media terapi alternatif berbasis teknologi empati.
Mengusung konsep “Sanative Writing”, Poe-Life hadir bukan sekadar sebagai platform literasi digital, tetapi sebagai ruang aman bagi siapa saja yang ingin mengekspresikan pergulatan batin dan emosi terdalam mereka.
Dengan pendekatan yang humanistik, aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk menulis puisi sebagai bentuk refleksi dan penyembuhan, baik secara mandiri maupun dengan bantuan kecerdasan buatan yang dirancang untuk mendukung, bukan menggantikan, proses kreatif manusia.
Di dalam Poe-Life, pengguna memiliki kendali penuh atas proses penulisan. Mereka bebas memilih untuk menulis secara manual atau melibatkan AI bernama Plath terinspirasi dari penyair legendaris Sylvia Plath yang bertugas memberikan saran kata atau baris lanjutan sebanyak 3 hingga 5 kata. Saran ini bukan instruksi, melainkan stimulus kreatif yang bisa diterima, diubah, atau diabaikan sepenuhnya oleh pengguna.
Interaksi ini berlangsung dalam ritme yang ditentukan oleh pengguna sendiri, memungkinkan mereka untuk mengekspresikan emosi yang selama ini terpendam dengan cara yang paling personal dan manusiawi.
Untuk memperkuat nuansa emosional, pengguna juga dapat memilih musik latar sesuai suasana hati: senang, sedih, atau marah menjadikan proses menulis puisi sebagai pengalaman multisensori yang mendalam.
Tak berhenti di sana, Poe-Life juga menyediakan bank kata tematik yang terbagi dalam kategori “penyembuhan” dan “menyakitkan”, lengkap dengan terjemahan bahasa Indonesia. Fitur ini membantu pengguna menemukan diksi yang tepat untuk menggambarkan perasaan mereka, sekaligus memperluas wawasan bahasa dan ekspresi.
Setelah puisi selesai, pengguna diberi pilihan untuk menyimpannya secara pribadi atau membagikannya kepada komunitas, teman, dan fasilitator pembinaan dari BINUS. Puisi yang dibagikan dapat menerima komentar, emotikon empati, dan dukungan dari sesama pengguna, menciptakan ekosistem digital yang saling menguatkan dan penuh kepedulian.
Poe-Life bukan hanya tentang menulis puisi. Ia adalah tentang membangun koneksi yang lebih dalam baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain melalui medium yang puitis, reflektif, dan terapeutik.
Di era digital yang sering kali terasa bising dan penuh distraksi, aplikasi ini menjadi ruang sunyi yang menyembuhkan, tempat di mana teknologi tidak menjauhkan, tetapi justru mendekatkan kita pada esensi kemanusiaan yang sejati.