Peserta offline PPG Batch 3 di UIN Jakarta
Tangerang Selatan (Kemenag) – Kementerian Agama (Kemenag) tahun ini berhasil menuntaskan sertifikasi seluruh Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah. Hal ini disampaikan Menag Nasaruddin Umar, saat membuka kuliah perdana Pendidikan Profesi Guru (PPG) Angkatan ke-3 di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Rabu (3/9/2025).
“Sebanyak 91.028 Guru PAI di sekolah sudah tuntas disertifikasi. Artinya, tahun ini Kemenag menuntaskan 100% sertifikasi guru PAI. Ini capaian monumental yang lahir dari kerja keras dan sinergi banyak pihak,” tegas Menag.
Selain PAI, jumlah peserta PPG dari guru pendidikan agama yang lain juga melonjak tajam. Hingga September 2025, tercatat 206.411 guru mengikuti PPG—naik hampir 700% dibanding tahun 2024 yang hanya 29.933 guru. Di antara mereka, ada 10.848 guru Pendidikan Agama Kristen, 5.558 Katolik, 3.771 Hindu, 530 Buddha, serta 94.736 guru madrasah.
Menurut Menag, capaian ini sejalan dengan Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden dalam membangun SDM unggul, sekaligus mendukung Asta Protas Kemenag untuk menghadirkan pendidikan yang ramah, unggul, dan terintegrasi.
“PPG jangan dilihat sebatas formalitas sertifikasi. Ini ruang transformasi menuju profesionalisme. Guru adalah ujung tombak pendidikan agama. Dengan sertifikasi ini, kami berharap para guru makin berintegritas, profesional, dan jadi teladan generasi bangsa,” pesan Menag.
Menag juga menekankan pentingnya filosofi guru. “Guru itu berasal dari bahasa Sansekerta, ‘Gu’ artinya kegelapan, dan ‘Ru’ artinya cahaya. Jadi guru adalah sosok yang mengusir kegelapan. Guru bukan hanya pengajar, tetapi pendidik sekaligus murshid yang membelajarkan muridnya, membentuk karakter, dan menyalakan nurani mereka,” jelasnya.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amin Suyitno, menambahkan bahwa PPG 2025 dirancang fleksibel dengan dukungan Learning Management System (LMS). Guru bisa menyesuaikan waktu belajar tanpa mengganggu tugas mengajar, baik secara daring maupun luring, dengan pendampingan dosen LPTK/PTKIN.
“Kemenag memastikan pemahaman keagamaan para guru yang lulus PPG selaras dengan visi beragama Kementerian Agama, yang kami sebut Kurikulum Berbasis Cinta,” terang Amin.
Ia menegaskan bahwa guru bukan hanya soal materi atau metodologi, tetapi soal jiwa. “Metodologi lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada metodologi, dan jiwa guru lebih penting daripada guru itu sendiri. PPG ini diharapkan melahirkan guru profesional yang punya jiwa, integritas, dan pesan moral yang kuat bagi murid-muridnya,” ujar Dirjen.
Acara pembukaan PPG 2025 juga diawali dengan doa lintas agama. Para guru dari berbagai agama—Islam, Katolik, Kristen, Hindu, dan Buddha—memimpin doa bersama demi keselamatan bangsa. Momen ini menjadi simbol kuat persatuan dan harmoni dalam keberagaman, sekaligus penegasan bahwa guru agama, apapun latar keyakinannya, memiliki peran penting menjaga keutuhan bangsa.