SEA Games 2025 dengan cepat berubah menjadi kekacauan akibat serangkaian kesalahan yang sangat merusak citra negara Thailand sebagai tuan rumah ajang olahraga terbesar di Asia Tenggara.
SEA Games ke-33 diharapkan menjadi kesempatan bagi Thailand untuk menegaskan kemampuannya dalam menyelenggarakan acara olahraga regional berstandar Olimpiade. Namun, setelah hanya beberapa hari, citra SEA Games dibayangi oleh serangkaian kesalahan yang tidak dapat dijelaskan, membuat para penggemar di Asia Tenggara kecewa.
Upacara pembukaan pada malam tanggal 9 Desember di Stadion Rajamangala, yang digembar-gemborkan sebagai “spektakuler” dan “belum pernah terjadi sebelumnya,” ternyata jauh dari ekspektasi. Selama dua jam, acara tersebut berlangsung dalam kekacauan. Peta Vietnam ditampilkan dengan ketidakakuratan yang serius, layar LED berulang kali mengalami kerusakan, penyanyi tertangkap melakukan lip-sync secara langsung, dan pertunjukan drone menampilkan jumlah medali yang salah.
Bahkan sebelum kontroversi tersebut mereda, SEA Games ke-33 terus menimbulkan kehebohan pada hari pertama kompetisi. Kamboja mengumumkan penarikan semua atletnya karena ketegangan perbatasan dengan Thailand. Peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah SEA Games ini menyoroti tingkat ketidakstabilan yang mengkhawatirkan.
Sementara itu, banyak kompetisi, terutama cabang olahraga bela diri, diwarnai kontroversi seputar keputusan wasit. Sejumlah tim menuduh negara tuan rumah Thailand diuntungkan oleh keputusan yang bias atau tidak transparan. Kesalahan teknis seperti bendera yang salah, nama negara, dan gambar tim berulang kali terjadi, yang semakin meningkatkan frustrasi penonton.
Penjelasan terkait “pemotongan anggaran” tidak dapat menutupi fakta bahwa SEA Games ke-33 diselenggarakan secara tidak profesional dan tidak terorganisir. Hal ini tidak hanya merusak reputasi negara tuan rumah tetapi juga memengaruhi citra seluruh gerakan olahraga ASEAN.
SEA Games seharusnya menjadi perayaan semangat persatuan dan upaya para atlet. Namun, dengan organisasi yang ceroboh saat ini, SEA Games tahun ini telah menjadi bukti bahwa hanya satu kesalahan kecil dapat menyeret seluruh sistem mundur.
ASEAN jelas layak mendapatkan SEA Games yang lebih dipersiapkan dengan baik dan lebih menghormati standar yang berlaku.
Benarkah Ada Konspirasi di Balik Penarikan Diri Kamboja dari SEA Games 2025?
Media Thailand mengungkapkan bahwa para pejabat dari negara tuan rumah pun menyatakan keprihatinan tentang keselamatan atlet Kamboja di SEA Games 2025.
Pada Rabu 10 Desember 2025 pagi WIB, Kamboja memutuskan untuk menarik diri dari semua 12 cabang olahraga yang terdaftar, hanya satu hari setelah delegasi olahraganya menghadiri upacara pembukaan di Stadion Rajamangala (Bangkok).
Keputusan ini mengguncang dunia olahraga regional. Menurut media Thailand, delegasi Kamboja, yang terdiri dari 137 atlet dan pejabat, menerima peringatan dari para pemimpin tingkat tinggi untuk mempertimbangkan penarikan diri karena meningkatnya ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja.
Dalam sebuah wawancara dengan The Nation, Wakil Perdana Menteri Thailand Thamanat Prompow mengakui bahwa pemerintah tuan rumah telah menyatakan keprihatinan tentang keselamatan atlet Kamboja di SEA Games.
Karena kekhawatiran ini, Perdana Menteri Thailand mengarahkan penerapan langkah-langkah perlindungan tambahan, termasuk pengerahan pasukan polisi dan militer. Pada tanggal 9 Desember, Prompow memerintahkan peningkatan langkah-langkah keamanan untuk memastikan keselamatan para atlet Kamboja.
Namun, pada pagi hari tanggal 10 Desember, delegasi Kamboja memutuskan untuk menarik diri. Surat kabar Thairath melaporkan bahwa pemerintah Thailand menerapkan langkah-langkah keamanan untuk memastikan keselamatan delegasi Kamboja dalam perjalanan pulang mereka.
