Dua kesalahan beruntun Andre Onana di babak pertama membuat Manchester United tertinggal 0-2 dari Grimsby, mendorong kiper Kamerun itu menjadi sasaran badai kritik dan menjadi simbol krisis kepercayaan di Old Trafford.
Onana dikalahkan terlalu mudah oleh Charles Vernam di tiang dekat pada menit ke-20 – sebuah langkah yang seharusnya bisa dilakukan dengan lebih baik oleh kiper papan atas mana pun. Hanya beberapa menit kemudian, ia mengubah bencana menjadi tragedi ketika ia gagal memanfaatkan umpan silang yang tidak berbahaya, yang memungkinkan Tyrell Warren untuk mencetak gol ke gawang yang kosong.
Kurang dari separuh waktu putaran kedua Carabao Cup, Manchester United tertinggal 0-2 dari lawan divisi keempat, dan kepercayaan kepada kiper nomor satu mereka pun sirna.
Kesalahan Demi Kesalahan
Dalam sepak bola, seorang penjaga gawang bisa saja melakukan kesalahan. Namun, ketika kesalahan-kesalahan itu terjadi secara beruntun dan langsung menyebabkan lawan mencetak gol, tidak ada alasan lagi. Onana, yang sudah berada di bawah tekanan setelah musim pertama yang penuh gejolak, terus menggali lebih dalam luka kepercayaan para penggemar.
Media sosial heboh setelah insiden mematikan tersebut. “Onana mungkin adalah rekrutan terburuk dalam sejarah Liga Inggris,” tulis @UtdHarryy. @UtdXclusive bahkan mengklaim: “Onana adalah kiper terburuk yang pernah kami rekrut.”
Kemarahan publik tak hanya sekadar menilai kemampuannya, tetapi juga meluas ke sikapnya. “Onana seharusnya tidak bermain untuk Man United lagi, sepertinya dia sengaja melakukannya,” geram @AlanShields12. @centredevils terus terang: “Jual Andre Onana, jangan masukkan dia ke dalam bus.” Dan @bethTmufc mengejek peluang Grimsby: “Mereka hanya perlu menembak… Onana.”
Ini bukan sekadar keluhan sementara. Ini adalah teriakan penggemar yang lelah melihat kiper utama mereka melakukan kesalahan mendasar yang sama berulang kali, dan semakin frustrasi karena hal itu terjadi di panggung di mana United seharusnya bermain sebaik mungkin.
Ketika bergabung dengan Man United dari Inter Milan, Onana diharapkan memberikan ketenangan berkat gerak kaki dan refleksnya yang luar biasa. Namun, kenyataan di Liga Inggris menunjukkan sisi yang berbeda: tidak konsisten, rentan melakukan kesalahan, dan kurang berani di momen-momen krusial.
Pertandingan di Blundell Park adalah bukti paling jelas. Melawan lawan-lawan yang kelasnya biasa saja, ia tidak perlu menjadi pahlawan, cukup dengan melakukan penanganan dasar.
Namun, Onana gagal di level paling dasar itu. Dan ketika sang kiper tidak lagi dapat diandalkan, seluruh sistem penyerang dapat dengan mudah runtuh.
Dampaknya Lebih Besar daripada Hasilnya
Manchester United seharusnya bisa menyamakan kedudukan dan membawa pertandingan ke adu penalti, tetapi dua gol awal menjadi fondasi bagi kejutan bersejarah: tersingkir oleh tim Divisi Empat, untuk pertama kalinya di Piala Carabao. Yang terjadi selanjutnya bukan sekadar kekalahan, melainkan noda pada citra klub yang dulu identik dengan kemenangan.
Oleh karena itu, kesalahan Onana bukan hanya masalah pribadi. Kesalahan ini menunjukkan rapuhnya sebuah tim yang sedang berjuang menemukan jati dirinya. Ketika kiper nomor satu menjadi beban, kepercayaan para penggemar yang sudah rapuh kemungkinan besar akan runtuh.
Laporan dari Inggris menunjukkan West Ham tertarik pada Onana, tetapi penampilannya melawan Grimsby bisa membuat klub potensial mana pun waspada. Bagi United, kekalahan ini justru semakin memacu pencarian mereka untuk pengganti, karena jelas bahwa Onana tidak lagi memenuhi harapan.
Pertanyaannya: akankah Amorim masih bersabar menghadapinya? Seorang pelatih bisa melindungi para pemainnya, tetapi ia tak bisa menerima kepercayaan mereka dikhianati berulang kali. Dan ketika penonton—jantung tim—kehilangan kesabaran secara massal, tekanan menjadi tak tertahankan.
Onana mengalami malam yang buruk, tetapi masalahnya tidak terbatas pada dua kesalahan. Itu adalah kristalisasi dari proses kekecewaan yang panjang, di mana ekspektasi digantikan oleh keraguan, dan keyakinan terkikis di setiap pertandingan.
Kekalahan dari Grimsby akan dikenang selama bertahun-tahun mendatang sebagai salah satu kekalahan paling menyakitkan bagi “Setan Merah”. Dan Onana, dengan permainannya yang ceroboh, menjadi wajah dari rasa malu itu.
Jika Manchester United ingin kembali ke performa terbaiknya, mereka perlu membuat keputusan yang jelas tentang posisi penjaga gawang. Karena tim hebat tidak dapat membangun masa depannya di atas fondasi rapuh sarung tangan yang gemetar.